Minggu, 01 April 2012

Naropa: disucikan Oleh Penderitaan(1016-1100) Naropa: purified by suffering (1016-1100)

Dalam silsilah agama Buddha Mazhab Tantrayana atau Vajrayana, Naropa adalah salah seorang Guru Besar.  Sedangkan dalam silsilah guru-guru sekte Kargyupa dari Tantrayana, Naropa menempati urutan kedua setelah gurunya, Tilopa. Kemudian, setelah Naropa(1016-1100), munculah Marpa (1012-1097), Milarepa (1040-1123), Gampopa(1052-1135), dan Karmapa(1110-????).

Dikisahkan bahwa Naropa terlahir sebagai seorang Pangeran di India. Namun, ada kisah lain yang menyebutkan bahwa beliau berasal dari keluarga penjual anggur di India. Dalam kisah sebagai seorang  pangeran, diceritakan bahwa sejak bayi Naropa telah memiliki keistimewaan seperti membuat banyak orang menjadi senang dan bahagia hanya karena menatap-Nya. Para anggota kerajaan pun beranggapan bahwa beliau itu ibarat sebuah permata yang tidak pantas untuk tinggalkan di tengah-tengah orang di dunia. Untuk itu, beliau ditempatkan untuk tinggal di Vihara dimana terdapat banyak orang yang meremehkan Dharma.

Di Vihara beliau menggali ilmu dan menjadi orang yang terpelajar, serta mampu melampaui guru-guru-Nya. Sehingga terkenal ke seluruh dunia. Sebagai mahasiswa di Nalanda, beliau adalah salah satu murid yang cedas dan tercatat sebagai pelajar yang turut serta menjaga salah satu pintu gebang Nalanda di sebelah utara. Seperti diketahui masing-masing dari ke empat pintu gerbang Nalanda di jaga oleh 500 orang terpelajar dunia yang dikenal dengan julukan “penjaga pintu gerbang Nalanda”.
Wanita Tua
Suatu hari, ketika beliau sedang membaca sebuah Sutra,  tiba-tiba muncul seorang wanita tua yang sangat jelek. Wanita itu bermuka kerut dan tak bergigi. Dia bertanya,”Apa yang sedang kau baca? ”Naropa menjawab, ”Saya sedang mempelajari ajaran Sang Buddha”, Wanita tersebut kembali bertanya”, Apa yang sedang kau baca?” Naropo menjawab, ”Saya sedang mempelajari ajaran Sang Buddha”, Wanita itu kembali bertanya, ”Apa kau memahaminya? ”Naropa menjawab, ”Saya memahami setiap kata tersebut.”
Mendengar jawaban ini, wanita tersebut gembira dan bahagia. Lalu, wanita tua itu bertanya lagi, ”Apa kamu memahami makna dan intinya? ”Naropa menjawab, ”Ya”. Tiba-tiba wanita itu menjadi sedih dan menangis. Dia berkata, ”Coba pikir, seorang terpelajar seperi kau bisa berbohong!” Naropa malu dan berbalik bertanya, ”Apakah ada orang yang benar-benar memahaminya maknanya?” wanita tua itu menjawab, ”Ya saudara saya ”Tilopa” dapat memahaminya.”
Mendengar nama Tilopa disebut, tiba-tiba saja rasa kesetiaan muncul di dalam pikiran dan hati Naropa sehingga air matanya menetes. Naropa kemudian menanyakan dimana dia bisa bertemu dengan Tilopa. Wanita tua itu menjawab, bahwaTilopa itu ada dimana saja, dan apabila pikiranmu penuh dengan kesetiaan dan keyakinan, serta bertekad kuat maka akan mmengetahui arah yang tepat dimana Tilopa berada. Setelah memberikan jawaban serti itu, wanita yang sebenarnya adalah Vajrayogini (petapa wanita) itu menghilang. Semenjak kejadian itu, Naropa memohon untuk dapat meninggalkan Nalanda. Yang kemudian dengan berat hati kepergiaanya direlakan oleh guru dan teman-temannya.
Berguru pada Tilopa
Dalam usaha pencarian Tilopa, Naropa mengalami kelaparan dan kehausan yang luar biasa. Begitu pula dengan terpaan alam yang dahsyat pun dialaminya. Tetapi, semua cobaan dan rintangan itu tak menyurutkan niatnya. Apa yang beliau alami tersebut kemudian dikenal sebagai,”Dua belas pengalaman menakutkan yang dialami Naropa”, Diantaranya anjing galak, binatang liar, ular berbisa, wanita mengerikan dan lain-lain.
Setiap kali menghadapi pengalaman tersebut, Naropa mendengar suara menggelegar dari langit yang menyatakan bahwa hal tersebut merupakan manifestasi dari gurunya. Akhirnya suara dari langit memberitahu bahwa yang dicari itu sudah dekat .Sesampainya di suatu desa, secara tiba-tiba beliau mengetahui bahwa Tilopa adalah seorang nelayan.
Ketika bertemu dengan Tilopa, Naropa melihatnya sedang memindahkan kesadaran dari setiap ekor ikan ke suatu alam suci hanya dengan memetikkan jari-jari tangannya sebelum dipersiapkan untuk dijual. Naropa segera menghormat dan meminta untuk dijadikan murid, tetapi Tilopa hanya berkata seorang bangsawan seperti Naropa tidak pantas berguru kepada seorang nelayan seperti dirinya. Lalu, Tilopa pun pergi. Namun, Naropa berusaha mengejarnya. Tilopa hanya berjalan tapi Naropa tatap saja tidak mampu mengejarnya walaupun sambil berlari.

Derita Membawa Pencerahan
Ketika Tilopa sedang duduk di sebuah tebing, Tilopa meminta Naropa agar terjun meloncat sebagai syarat untuk dapat diterimasebagai muridnya. Kemudian Naropa melakukannya, terjun dari tebing yang curam sehingga tulang-tulang dan sendinya patah. Tilopa menyembuhkannya dengan sentuhan lembutnya. Sentelah sembuh, Tilopa menamparnya dengan menggunakan sendalnya hingga pingsan. Dan kemudian Naropa mencapai pencerahan setingkat gurunya.
Setelah tenang, Tilopa menjelaskan kenapa beliau berlaku kejam. Hal ini dilakukan karena sifat-sifat negatif Naropa tidak bisa disucikan dengan usahanya sendiri. Hanya dengan benar-benar mengalami penderitaan, Naropa dapat tersucikan. Lapisan karat yang terlalu kasar tidak akan dapat dihilangkan bila mengunakan kain dan tangan yang halus, tapi harus dengan bahan yang sangat keras atau bahkan lebih keras. Demikian pula dengan menghadapi karma buruk Naropa, kekerasan dan ketegasan guru sangat diperlukan.
Setelah mencapai pencerahan, Tilopa menjamin bahwa mereka berdua tidaklah terpisah dimasa lalu, sekarang, dan masa yang akan dating.  Mereka ibarat matahari dan bulan. Selanjutnya Naropa dan Tilopa, kedua murid dan guru tersebut aktif memutar roda Dharma ke seluruh dunia.
Dalam aliran Tantrayana sangat besar peran guru dalam proses pencerahan muridnya. Bahkan inisiasi sorang Tantrika tak mungkin lepas dari hubungan dan kedekatanya dengan sang guru. Begitulah yang terjadi pada Naropa terhadap muridnya Marpa, marpa kepada Milarepa dan seterusnya.



Naropa: purified by suffering (1016-1100)

In the genealogy of the School of Tantric Buddhism or Vajrayana, Naropa was one of the Professors. While teachers in the lineage of Tantric sect Kargyupa, Naropa took second place after his teacher, Tilopa. Then, after Naropa (1016-1100), came the Marpa (1012-1097), Milarepa (1040-1123), Gampopa (1052-1135), and the Karmapa (1110 -?).It is said that Naropa was born a prince in India. However, there is another story that says that he came from a wine seller in India. In the story as a prince, Naropa told that since the baby has had the privilege as to make many people become excited and happy just because of his stare. The members also considered that his kingdom is like a jewel that does not deserve to leave in the midst of people in the world. For that, he was placed to live in the monastery where there are many people who underestimate the Dharma.In the monastery he was digging into the science and the educated, and able to surpass his teachers. So famous throughout the world. As a student at Nalanda, he was one student who cedas and recorded as a student who participated keeping one door gebang Nalanda in the north. As we all know each of the four gates guarded by 500 Nalanda educated people of the world known by the nickname "the gatekeepers of Nalanda". 
Old WomanOne day, when he was reading a sutra, suddenly appeared an old woman who is very ugly. It's wrinkle-faced woman and toothless. He asked, "What are you reading? "Naropa replied," I'm studying the teachings of the Buddha, "the woman retorted," What are you reading? "Naropo replied," I'm studying the teachings of the Buddha, "The woman was again asked," Do you understand? "Naropa replied," I understand every word. "Hearing this answer, the woman is excited and happy. Then the old woman asked, "Do you understand the meaning and essence? "Naropa replied," Yes ". Suddenly the woman became upset and crying. He said, "Just think, a learned man are like you can not lie!" Naropa shame and turned to ask, "Does anyone really understand its meaning?" The old lady replied, "Yes, my brother" Tilopa "can understand it."Hearing the name Tilopa called, suddenly emerged a sense of loyalty in the minds and hearts of Naropa, so the tears. Naropa then asked where he could meet with Tilopa. The old lady replied, bahwaTilopa exists anywhere, and if your mind is full of devotion and faith, and a determined will mmengetahui the right direction where Tilopa was. After giving an answer serti, the woman who is actually Vajrayogini (woman ascetic) had disappeared. Since the incident, pleaded to be left Naropa Nalanda. Who then reluctantly kepergiaanya direlakan by teachers and peers. 
Studied at TilopaIn the search for Tilopa, Naropa experienced hunger and thirst incredible. Similarly, exposure to the fierce nature was experienced. However, all the trials and obstacles did not dampen his intention. What he experienced was then known as, "Twelve Naropa experienced frightening experience," Among fierce dogs, wild animals, poisonous snakes, terrifying women and others.Every time we face such experiences, Naropa heard a booming voice from heaven which said that it is a manifestation of his teacher. Finally, a voice from heaven told him that you are looking for is near. Arriving in a village, suddenly he knew that Tilopa was a fisherman.When meeting with Tilopa, Naropa saw him move the consciousness of each fish to a sacred nature with just snapped his fingers before it is prepared for sale. Naropa immediately salute and asked to be a disciple, but Tilopa said only a nobleman like Naropa inappropriate apprenticed to a fisherman like himself. Then, Tilopa went away. However, Naropa trying to catch up. Tilopa Naropa face just to walk but not able to pursue it even if he ran.Bringing the pain of EnlightenmentWhen Tilopa was sitting on a cliff, Tilopa Naropa asked to jump jumping as a condition to be diterimasebagai students. Naropa then do it, plunge from the steep cliffs of the bones and joints were broken. Tilopa healed with a touch of softness. Sentelah recovered, Tilopa slapped with sandals to faint. And then his teacher Naropa reached a level of enlightenment.After a quiet, Tilopa explained why he applies abusive. This is done because of the negative qualities of Naropa could not be purified by his own efforts. Only by actually suffering, Naropa be purified. Rust coating that is too coarse will not be eliminated when using a soft cloth and hands, but should be with materials that are very hard or even harder. Similarly, the face of bad karma Naropa, hardness and firmness of the teacher is indispensable.After attaining enlightenment, Tilopa ensure that they were not separated in the past, present, and future dating. They are like the sun and moon. Furthermore Naropa and Tilopa, both students and teachers are actively turning the wheel of Dharma to the world.In a very large flow Tantrayana the teacher's role in the process of enlightening his students. Even the initiation Tantrika alone can not be separated from and kedekatanya relationship with the teacher. That's what happened to his disciple Naropa to Marpa, Marpa to Milarepa, and so on.

Sumber : http://www.bodhidharma.or.id/tokoh-bodhi/40-tokoh-boddhi/99-naropa-disucikan-oleh-penderitaan1016-1100.html

Tidak ada komentar: