Jumat, 13 September 2013

ZHANG TIAN SHI / THIO THIAN SU 張天師



Zhang Tian Shi / Thio Thian Su 張天師 (34-156) adalah pendiri agama Dao Jiao / To Kau 道教. Nama aslinya Zhang Dao Ling / Thio To Leng 張道陵, dia adalah keturunan ke-8 dari Zhang Liang / Thio Liang 張良, seorang ahli siasat perang pada awal dinasti Han 漢朝.

Zhang Dao Ling dilahirkan tahun 35 Masehi, pada masa pemerintahan Kaisar Guang Wu / Kong Bu 光武帝 dari dinasti Han, di Tianmu Shan / Thian Bok San 天目山, propinsi Zhejiang /Ciatkang 浙江. Dalam usia yang sangat muda, dia telah berhasil memahami Dao De Jing / To Tek Keng 道德經 dari Lao Zi / Lo Cu 老子. Beberapa kali ia menolak panggilan pihak penguasa untuk menjadi pegawai negeri, seluruh perhatiannya dicurahkan pada pelajaran kebatinan dan semedi. Kemudian ia tinggal di Pegunungan Heming Shan / Ho Beng San 和名山 di propinsi Sichuan / Suchuan 四川, Tiongkok Barat Daya dan bertapa di sana sambil mempelajari cara membuat obat panjang umur.

Pada suatu hari, selagi ia membuat obat panjang umur Long Hu Dan / Liong Hou Tan 龍虎丹, seorang malaikat menampakkan diri dan menyuruhnya pergi ke gunung Song Shan / Siong San 嵩山, di propinsi Henan / Holam 河南. Di sana, dalam sebuah gua batu, beliau menemukan kitab-kitab kuno peninggalan Tiga Kaisar (San Huang /Sam Hong 三皇) dan pedupaan peninggalan Kaisar Huang Di / Ui Te 黃帝.

Setelah mempelajari isi kitab-kitab kuno itu, dia dapat terbang dan mempunyai pendengaran sampai ke tempat jauh, lebih dari itu dia juga dapat meninggalkan raganya (meraga sukma). Beliau lalu menunaikan tugas yang diberikan oleh Penguasa Langit melalui seorang malaikat untuk menaklukkan para siluman dan malaikat yang membangkang.Kemudian Tai Shang Lao Jun / Thai Siang Lo Kun 太上老君 menyuruhnya pergi ke Gunung Qing Cheng Shan / Cheng Seng San 青城山 untuk menaklukkan 6 orang raja siluman yang kerap meneror rakyat dan ia dibekali dengan berbagai benda wasiat. Para siluman itu berhasil ditundukkan dan diusirnya, setelah minta ampun dan berjanji tidak akan mengganggu rakyat lagi. Karena jasa-jasanya itu beliau mendapat gelar Tian Shi / Thian Su 天師 dan diangkat ke kahyangan. Di sana tugasnya mewakili Lao Jun / Lo Kun 老君 menerima para malaikat yang menghadap. Dia juga bertugas mengawasi upacara-upacara sembahyang yang dilakukan pada saat pendirian atau pemugaran kelenteng.

Zhang Tao Ling memang dianggap sebagai pendiri dari Dao Jiao / To Kau 道教 (agama Dao / To 道 yang berdasarkan filsafat Taoisme). Keahliannya membuat obat-obatan panjang umur yang diperolehnya dari buku-buku kuno, dan menciptakan berbagai jimat atau kias untuk menolak berbagai macam penyakit dan bala, telah menempatkan Zhang Dao Ling ke kedudukan tinggi sekali di mata para pengikutnya. Sejak itulah pengikut Taoisme mulai menjalankan praktik pengobatan dan pengusiran setan.

Beliau dilukiskan dengan jubah yang indah, membawa pedang di tangan kanan, sedangkan tangan kirinya membawa mangkok yang berisi ramuan panjang umur dan menunggang harimau. Harimau itu satu kaki depannya nampak mengcengkram medali wasiat dan kaki-kaki lainnya menginjak lima binatang berbisa, seperti kadal, ular, laba-laba, katak dan belalang.

Gambar-gambar beliau pada umumnya ditempatkan pada dinding rumah atau pintu depan, pada tanggal 15 bulan 5 Imlek, untuk menolak bencana dan wabah penyakit. Nama Tian Shi, yang berarti Guru dari Langit, yang kemudian melekat padanya, selanjutnya berlaku turun-menurun bagi keturunannya. Mereka menempati Gunung Long Hu Shan / Liong Hou San 龍虎山 di propinsi Jiangxi / Kangsai 江西.

Hari besarnya adalah tanggal 23 bulan 6 Imlek.


https://www.facebook.com/photo.php?fbid=516143708468908&set=a.451274724955807.1073741825.100002198507840&type=1&theater

Kamis, 12 September 2013

Agama Dao Dan Filsafat Dao



Daojiao juebu Daojia. Agama Dao pasti bukan filsafat Dao. Filsafat Dao didirikan oleh Laozi (abad ke 6SM), agama Dao didirikan oleh Zhang daoling (34-156). Filsafat Dao bermula dari kitab Daodejing sementara agama Dao bermula Taishang laojun zhenjing. Kitab Daodejing ditulis oleh Laozi sementara Taishang laojun zhenjing ditulis oleh Zhang daoling sebagai wahyu dari Laozi.

Walaupun banyak umat Dao (dibaca: Tao) yakin bahwa agama Dao pertama kali dianut oleh manusia pertama Fuxi (2852-2737SM), dilembagakan oleh Raja Huangdi (2697-2598SM) dan diajarkan sebagai agama oleh Laozi (abad ke 6SM) namun sejarah mencatat bahwa pendiri agama Dao adalah Zhang daoling (34-156).

Agama Dao adalah Panentheisme: Seluruh alam semesta ada di dalam Dao yang lebih besar dari alam semesta ini. Pantheisme: Segala sesuatu berasal dari Dao dan Dao mewujud di dalam segala sesuatu. Polytheisme: Menyembah banyak dewa-dewi. Politheisme Henotheisme: Menyembah banyak dewa-dewi yang dipimpin dan diciptakan oleh Dao.

Kisah Penciptaan Agama Dao

Pada mulanya adalah Wuwu (Tidak Ada Tidak Ada). Disebut tidak ada karena tidak dapat didefinisikan. Di sebut Tidak Ada Tidak Ada karena Dia ada. Dia adalah Ziran(Yang Ada Karena Dirinya Ada). Ziran adalah Wuji (Yang Tidak Ada Batas). Karena tidak ada yang membatasiNya, maka Dia adalah Taiji (Yang Mahabatas). Yang Mahabatas adalah Taiyi (Yang Mahakuasa). Pada mulanya adalah hundun (campur baur yang tidak dapat didefinisikan). Taiyi berkarya melalui Taichu (Yang Mahapertama) dan Taishi (Yang Mahamula). Taichu memiliki xing (wujud) sedangkan Taishi memiliki Qi (nafas hidup). Ketika wujud (xing) menyatu dengan nafas hidup (qi), jadilah Taishu (yang sulung) yang memiliki zhi (hakekat). Hakekat sifat adalah Yin (betina) dan Yang (jantan). Hakekat wujud adalah wuxing (lima unsur), kayu, tanah, logam, air dan api.

Pan Gu Sang Pencipta Dunia

Dao mewujud (inkarnasi) menjadi Pan Gu untuk menciptakan dunia. Pan Gu lalu disembah sebagai Yuanshi tianzun, Dewa Yang Mahamula. Ketika manusia hidup di dalam kekacauan, Dao lalu mewujud menjadi raja Huangdi untuk memimpin dan membimbing manusia. Setelah Huangdi menjadi dewa, dia disembah sebagai Lingbao Tianzun (Dewa Yang Mahamulia) atau Shangqing tianzun (Dewa Yang Mahasuci). Ketika manusia kehilangan pemahamannya akan ibadah dan moral, Dao mewujud menjadi Laozi untuk mengajarkan Daode (kebajikan Dao). Laozi lalu disembah sebagai Daode tianzun (Dewa Yang Mahabajik) atau Taishang laozun (Dewa Yang Mahatua). Yuanshi tianzun, Lingbao Tianzun dan Taishang laozun adalah tiga dewa tertinggi di dalam agama Dao.

Yuanshi Tianzun Menciptakan Alam Semesta

Alam semesta memiliki awal dan akhir. Awal alam semesta disebut penciptaan sedangkan akhir alam semesta disebut kiamat. Setelah diciptakan, alam semesta bertumbuh kembang menuju kiamat sedangkan kiamat adalah awal penciptaan alam semesta baru. Siklus penciptaan dan kiamat itu disebut naga Han (longhan) atau kelanjutan hidup (yankang) atau sinar membara (chiming). Kiamat berarti musnahnya segala sesuatu yang berwujud, hanya makluk-makluk abadi yang sempurna (shenxian) saja yang bertahan. Setelah kiamat, angin puting beliung (jin gang feng) berhembus di jagad campur baur (hundun) tanpa cahaya, tanpa wujud apalagi bentuk.

Pada saat energi Dao (Daoqi) menyatu, sekonyong-konyong dari kekosongan muncul buku oktagonal (patkwa) yang kedelapan sudutnya memancarkan sinar dan tulisannya berukuran dua belas kaki. Ketika melihat cahaya itu, tahulah Dewa yang mahamula (Yuanshi tianzun) bahwa permulaan alam semesta sudah dimulai. Dia lalu mengambil huruf pualam dalam patkwa dan menempanya hingga membara sehingga disebut Huruf Pualam Membara (Chishu yuzi). Huruf Pualam Membara adalah cetakan asli alam semesta (Yuangang), dari cetakan itulah alam semesta dibentuk.

Kitab Keselamatan Manusia (Duren jing) mencatat: Dari Huruf Pualam Membara di dalam gua campur baur (Hundong) muncullah hakekat kebenaran dari kekosongan. Pembentukan alam semesta dimulai dengan terbentuknya langit, matahari, bulan dan bintang-bintang sebagai penerang. Semuanya terbentuk dari ketiadaan (Creatio at nihilo).

Tujuan Hidup Manusia

Di antara segala ciptaan, manusia adalah ciptaan yang paling mulia karena memiliki ling atau kebijaksanaan dan kecerdasan. Tujuan hidup manusia adalah bertumbuh kembang sesuai kodratnya untuk menggapai kesempurnaan emas (jinxian). Kesempurnaan emas berarti hidup abadi. Hidup abadi berarti tidak akan mati walaupun dunia kiamat. Manusia-manusia yang mencapai kesempurnaan tersebut disebut Shengren (manusia suci) atau Shengxian (makluk suci abadi).

Hidup sebagai manusia bukan satu-satunya kehidupan, namun suatu tahap yang harus dilalui untuk menggapai kehidupan berikutnya. Setiap manusia selalu tergoda untuk menjalani hidup senyaman dan semudah mungkin serta menikmati kesenangan sepuas mungkin. Banyak manusia yang lupa alasan dan tujuan hidupnya, itu sebabnya mereka hanya mengejar kesenangan dan kepuasan tanpa mempertimbangkan standard kebajikan dan keharmonisan. Orang-orang demikian berusaha mewujudkan semua keinginannya dan menggapai semua kesenangan yang dapat diperolehnya dengan cara apapun bila perlu dengan mengorbankan manusia lain dan merusak keseimbangan alam. Orang-orang demikian akan mendapatkan balasannya waktu masih hidup bahkan setelah mati.

Hidup adalah hal yang paling berharga selama manusia hidup karena hidup adalah kesempatan untuk menggapai kesempurnaan atau mendaki ke tingkat hidup berikutnya. Umat Dao percaya bahwa umur manusia ditentukan oleh manusia itu sendiri. Manusia dapat memperpanjang umurnya bahkan dapat hidup abadi dengan cara mengembangkan kehidupan moral yang tinggi, menjalani kehidupan yang sehat, makan makanan sehat bahkan yang berkhasiat, melakukan meditasi serta olahraga (Qigong, Taiji quan) secara sistematis, dan menggunakan jimat untuk mengusir roh-roh jahat yang menyebabkan sakit.

Manusia yang mampu menggenapi kodrat kemanusiaannya akan menjadi xianren atau manusia dewa. Manusia dewa yang mampu menggenapi kodratnya akan menjadi zhenren atau manusia sejati. Manusia sejati yang mampu menggenapi kodratnya akan menjadi Shengren atau manusia suci atau Shengxian artinya makluk suci abadi. Manusia yang tidak menggenapi kodrat kemanusiaannya akan pergi ke Diyu atau neraka untuk menanggung hukumannya. Perpindahan status manusia dari kasta yang satu ke kasta yang lainnya disebut reinkarnasi.

Manusia tinggal di dunia sementara manusia dewa, manusia sejati dan manusia suci tinggal di tempat-tempat suci dan di Tian atau langit atau surga. Tempat-tempat suci itu terdiri dari Sepuluh Benua, Tiga Pulau, sepuluh gua langit besar (Shida dongtian), tiga puluh enam gua langit kecil (Sanshiliu xiaodong tian) dan tujuh puluh dua tempat keberuntungan (Qishier fudi ) yang tersebar di gunung-gunung di Tiongkok.

Sepuluh Benua Dan Tiga Pulau

Selain tinggal di surga ada pula dewa-dewi yang tinggal di bumi. Di bumi ada sepuluh benua (Shizhou) dan tiga pulau (sandao) tempat tinggal dewa-dewi dan orang suci (shenxian fangshi).

Sepuluh benua (Shizhou):

Zuzhou
Yingzhou
Xuanzhou
Yanzhou
Changzhou
Yuanzhou
Liuzhou
Shengzhou
Fenglinzhou
Jukuzhou
Tiga Pulau (sandao):

Pengqiudao atau Penglaidao
Fangzhangdao
Kunlundao
Pulau Yingzhou ada di laut timur, luasnya 4.000 mil, di sana rumput keabadian tumbuh dengan subur dan berlimpah, batu-batu giok (jade) berserakan setinggi 10.000 kaki dan banyak sekali mata air yang memancarkan air yang rasanya seperti anggur yang berkasiat membuat manusia panjang umur.

Pulau Fangzhang ada di sebelah timur Laut China, luasnya 5.000 mil dan diperintah oleh Dewa pengendali nasib tiga langit (Santian siming). Orang-orang ke sana untuk mendapatkan Catatan Misteri Kelahiran (Taishang xuansheng lu). Istana Sembilan Orang Tua (Jiuyuan zhangren gong) yang berkuasa atas semua roh air, naga, ular, ikan paus dan binatang air di dunia juga ada di sana.

Pulau Penglai ada di sebelah timur laut dari laut China Timur, luasnya 5.000 li. Pulau itu digunakan oleh Raja Langit (Tiandi) untuk mengikat sembilan langit. Dahulu kala, ketika Yu yang Agung (Dayu) selesai menangani bencana banjir zaman pemerintahan raja Shun, dia berkunjung ke pulau itu untuk menyembah Raja Langit di gunung yang ada di utara pulau itu, dia mendapat berkat dari sembilan langit.

Selain sepuluh benua dan tiga pulau di bumi ini juga ada sepuluh gua langit besar (Shida dongtian), tiga puluh enam gua langit kecil (Sanshiliu xiaodong tian) dan tujuh puluh dua tempat keberuntungan (Qishier fudi) yang tersebar di gunung-gunung di Tiongkok.

Tiga Puluh Enam Langit

Agama Dao membagi alam semesta menjadi tiga bagian yaitu: Tian (langit atau surga), Di (bumi) dan Diyu (dunia bawah atau neraka). Tian atau langit terbgi menjadi 36 tingkat (Sanshiliu daluo tian). Di masing-masing penjuru angin ada delapan langit, di atas ketiga puluh dua langit itu ada tiga langit dan satu langit yang melingkupi semua langit (35 langit).

Sanshiliu tian

1. Taihuang Huangceng
2. Taiming Yuwan
3. Qingming Hetong
4. Xuantai Pingyu
5. Yuanming Wenju
6. Shangming Qiyao Moyi
7. Xuwu Yueheng
8. Taiji Mengyi
9. Ciming Heyang
10. Xuanming Gonghua
11. Yaoming Zhongpiao
12. Zhuluo Huangjia
13. Xuming Tangliao
14. Guanming Duanjing
15. Xuanming Gongqing
16 Taihuan Jiyao
17 Yuanzai Kongshen
18. Tai’an Wangya
19. Xianding Jifeng
20. Sihuang Xiaomang
21. Taiji Weng Chongfu Rong
22. Wusi Jiangyou
23. Shangshe Ruanle
24. Wuji Fangshi
25. Haoting Xiaodu
26. Yuantong Yuandong
27. Taiwen Hanchong Miaocheng
28. Taisu Xiule Jingshang
29. Taisu Wushang Changrong
30. Taishi Yulong Tengsheng
31. Longbian Fandu
32. Taiji Pingyu Jiayi
33. Taqing Tian
34. Shangqing Tian
35. Yuqing Tian
36. Yujing Tian

Surga Berdasarkan Letaknya:

1. Langit Timur (Dongtian) – 8 langit
2. Langit Barat (Xitian) – 8 langit
3. Langit Selatan (Nantian) – 8 langit
4. Langit Utara (Beitian) – 8 langit
5. Langit Atas (Shangtian) – 3 langit
6. Dao – 1

Langit Berdasarkan Penghuni:

1. Lagnit Tiga Bentuk (Sanjie) – 28 langit
1.1. Langit Bentuk & Nafsu (Yujie) – 6 langit
1.2. Langit Bentuk (Sejie) – 18 langit
1.3. Langit Tanpa Bentuk (wusejie) – 4 langit
2. Langit Sempurna (sifantian) – 3 langit
3. Langit Mahasuci (Sanqing jing) – 3 langit
4. Dao – 1 langit

28 langit pertama disebut langit 3 wujud (Sanjie) yang dihuni oleh dewa-dewi fana yang yang masih bisa mati dan mengalami reinkarnasi.

Langit 1- 6 disebut langit nafsu (Yujie) Di langit ini tinggal dewa-dewi yang memiliki wujud dan nafsu, mereka masih memiliki jenis kelamin, kawin dan melahirkan anak.

Langit 7 – 24 disebut langit wujud (Sejie). Di langit ini tinggal dewa-dewi yang memiliki wujud namun tidak memiliki nafsu lagi. Langit tingkat

Langit 25 – 28 disebut langit tanpa wujud (wusejie). Di langit ini tinggal dewa-dewi yang tidak memiliki wujud dan tidak memiliki nafsu, mereka tidak dapat dilihat oleh manusia biasa namun dapat dilihat oleh orang-orang suci (zhenren).

Langit tingkat 29 – 32 disebut empat langit sempurna (sifantian) atau langit bibit manusia (Zhongmintian) karena di langit ini tinggal dewa-dewi tanpa rupa dan wujud, tanpa nafsu dan abadi sehingga tidak mengalami reinkarnasi lagi dan tidak ikut musnah ketika kiamat.

Langit tingkat 33 – 35 disebut tiga wilayah mahasempurna (sanqingjing) atau sanqingtian (tiga langit mahasempurna). Di tiga langit mahasempurna inilah bertahta Trisuci (Sanqing) atau tiga dewa mahasempurna yaitu.

Shenbao (pusaka roh) atau Daode Tianzun (Mahadewa kebajikan) atau Taishang Laojun (Mahadewa mahatua) tinggal di Taiqing tian (langit mahabesar), langit tingkat 33.

Lingbao Tianzun (Pusaka bijaksana) tinggal di Shangqing tian (Langit Mahatinggi), langit tingkat 34 sebagai penjaga kitab-kitab suci, penghitung dan pembagi waktu serta mengatur interaksi antara yin (negatif) dan yang (positif).

Tianbao (pusaka langit) atau Yuanshi Tianzun (mahadewa mahamula) tinggal di Yuqing tian (Langit Pualam Mahamulia), langit tingkat 35. Yuanshi Tianzun adalah mahadewa pencipta alam semesta.

Langit tingkat tiga puluh enam adalah langit dari segala langit (daluotian). Langit ini melingkupi semua langit, bumi dan dunia bawah. Di sanalah berdiri Istana gunung pualam (Yujingsan) tempat tinggal Dewa Yang Mahamula (Yuanshi Tianzun).

Semua dewa yang tinggal di langit tingkat ke dua puluh sembilan hingga tiga puluh enam adalah nafas murni Dao (Daoqi), mereka adalah roh-roh abadi (shenxian) yang ketika menyebar adalah nafas (qi) dan ketika menyatu memiliki rupa dan wujud. Puncak kesempurnaan dari keabadian disebut keabadian emas (jinxian).

Sembilan Tingkat Neraka

Ketika mati semua manusia harus ke dunia bawah atau neraka (Diyu). Ada sembilan tingkat neraka (jiulei) yang masing-masing dipimpin oleh seorang Raja Bumi (Tuhuang). Masing-masing tingkat neraka terbagi menjadi empat neraka sehingga jumlah semuanya adalah tiga puluh enam neraka.

Ke sembilan tingkat neraka itu adalah:

Neraka Cemerlang (Serundi)
Neraka Permata(Gangsedi)
Neraka Linin (Shizhise Zedi)
Neraka Basah (Run zedi)
Neraka Padi Permata (Jinsu zedi)
Neraka Neraka Permata dan Besi (Jingangtie zedi)
Neraka Air (Shuizhi zedi)
Neraka Angin Besar (Dafeng zedi)
Neraka Gua Dalam Tanpa Cahaya dan Kejam (dongyuan wuse gangweidi)

Di dalam agama Dao, neraka juga disebut alam mahanegatif (Taiyin). Neraka itu gelap dan kelam, manusia hidup tidak dapat berkunjung ke sana, namun setiap orang mati arwahnya pasti ke neraka kecuali mereka mencapai kesempurnaan dan menjadi dewa. Neraka adalah tempat untuk memenjarakan arwah manusia jahat dan hantu serta jin. Neraka diperintah oleh Raja Lima Gunung (Wuyue) yaitu Dewa Gunung Timur Taishan (Dongyue Taishan zhishen) dengan gelar Kaisar Agung Hakim Kebajikan Manusia Dari Gunung Taishan (Taishan tianqi rensheng dadi) yang juga dipanggil Kaisar Agung dari Gunung Timur (Dongyue dadi).

Selain Dongyue dadi, saat ini banyak umat Dao yang juga menyembah Kaisar Agung Dari Gunung Fengdu (Fengdu dadi) sebagai penguasa neraka. Sesungguhnya Fengdu dadi adalah Ksitigarbha Bodhisattva (Dizang wang pusa) dari agama Budha yang juga disebut Raja Yanlo (Yanlo-wang). Neraka adalah satu dari enam tempat tujuan reinkarnasi. Jiwa di hukum di neraka atas kejahatan yang dibuat pada kehidupan sebelumnya. Fengdu dadi berjanji, Selama masih ada jiwa di neraka, dia tidak mau menjadi Budha. Karena selalu ada jiwa yang dihukum di neraka, maka dia tidak pernah mencapai nirwana.

Dewa Dewi Agama Dao

Agama Dao adalah agama Politeis yang menyembah dewa-dewi (Shenxian). Ada dewa yang tidak pernah menjadi manusia ada pula manusia-manusia yang mencapai kesempurnaan lalu menjadi dewa. Ada Dewa yang sudah ada sebelum langit dan bumi tercipta namun ada juga makluk yang menjadi dewa sesudah langit dan bumi ada. Ada dewa yang hidup abadi namun ada dewa yang hidup fana (bisa mati). Ada dewa yang memiliki wujud dan bentuk ada dewa yang tidak memiliki wujud. Ada dewa yang memiliki nafsu (berjenis kelamin, kawin dan melahirkan anak) ada dewa yang tidak memiliki nafsu. Ada dewa yang memiliki wujud dan nafsu, ada dewa yang memiliki wujud namun tidak memiliki nafsu ada juga dewa yang tidak memiliki wujud dan nafsu sama sekali. Di samping dewa-dewi asli agama Dao, ada juga dewa-dewi yang awalnya dipuja oleh agama lain kemudian juga di sembah sebagai dewa-dewi agama Dao. Secara umum dewa-dewi agama Dao dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

Xiantian zhunshen atau dewa sebelum penciptaan langit dan bumi. Mereka adalah Xiantian zhenshen atau dewa abadi sebelum langit dan bumi. Termasuk dewa-dewa demikian adalah: Sanqing (tiga mahasuci), Sanguan (tiga penguasa), Siyu (empat Menteri) atau sida Tianwang (empat raja langit), Wuxing Qiyao Xingjun (penguasa lima planet dan dan tujuh bintang), shiling ershiba xiu (empat makluk gaib dua puluh delapan rasi bintang), dll.

Xianzhen atau makluk sempurna. Mereka adalah makluk-makluk Houtian shenming atau makluk-makluk yang mencapai kesempurnaan setelah ada langit dan bumi. Termasuk dewa-dewa demikian adalah: Sanmao zhenjun (tiga mao penguasa atau tiga dewa mao), Baxian?? (delapan manusia abadi atau delapan dewa), dll.

Dewa-dewi agama lain yang diterima oleh Umat Dao sebagai dewa-dewi mereka. Termasuk dewa-dewa demikian adalah: Menshen (dewa pintu), Zaoshen (Dewa dapur), Caishen (dewa keberuntungan), Tudi (dewa bumi), Mazu (Dewi leluhur), Guan Gong (dewa perang), Guanyin (dewi welas asih), Fengdu dadi (Kaisar Agung Dari Gunung Fengdu) dll.

Sanqing (tiga mahasuci) adalah dewa-dewa yang kastanya paling tinggi, sementara Yuanshi Tianzun (mahadewa mahamula) yang paling tinggi di antara Sanqing. Di bawah Sanqing adalah Sanguan (tiga penguasa) dan Siyu (empat Menteri) atau sida Tianwang (empat raja langit).

Tianshi Dao

Dao artinya jalan. Ada berbagai jenis jalan, ada jalan bercabang ada jalan yang menuju ke berbagai tempat, namun hanya jalan tunggal yang menuju satu tempat tujuan saja yang disebut Dao. Di dalam agama Tiongkok kuno dan agama Khonghucu, Dao digunakan untuk menyebut jalan Tuhan (Tiandao), namun Laozi melalui buku Dao De Jing memberi arti baru kepada kata Dao. Dao ada yang ada karena diriNya ada (Ziran). Dao adalah bunda dari alam semesta, Dao adalah Tuhan.

Pada tahun 142 Zhang Daoling menerima wahyu dari Laozi (penulis kitab Dao De Jing) di gunung Heming untuk menyelamatkan dunia dengan mendirikan sebuah negara yang rakyatnya adalah orang-orang terpilih. Wahyu dari Laozi kepada Zhang Daoling tercatat di dalam Kitab Kebenaran Taishang louzun (Taishang laozun zhenjing). Selain menerima wahyu dia juga menerima kesaktian untuk menyembuhkan berbagai penyakit dan menaklukkan berbagai roh jahat dengan lingbao (jimat) atau kertas hu, sehelai kertas yang ditulisi mantera. Dengan gelar Tianshi (nabi Tian) dia menjadi perantara dewa-dewi dan manusia. Agama yang didirikannya disebut Tianshi Dao atau Wudao mijiao artinya Agama Dao Lima Gantang Padi karena setiap orang yang ingin bergabung harus menyumbang lima gantang padi.

Kou Qianzhi (365-448) salah satu penerus agama Dao aliran Tianshi Dao yang hidup di kerajaan Wei utara mendapat wahyu dari dewa untuk menyusun tata ibadah dan peraturan anggota. Dengan lahirnya wahyu baru tersebut, maka penekanan ajaran Dao pun beralih dari jimat (lingbao) ke upacara penyembahan dewa-dewi.

Shangqing Dao

Wei Huacun (251-334) seorang wanita, menerima wahyu dari para dewa dan mencatatnya di dalam kitab Batu Giok Istana Kuning Mengenai Alam Murni Yang Maha Tinggi (Shangqing Huangding Neiqing Yujing). Dia mengajarkan bahwa Dao adalah bunda berlaksa ada dan hadir di dalam segala ada dalam bentuk roh-roh. Kesempurnaan adalah ketika manusia manunggal dengan Dao. Ada roh-roh yang menjaga alam semesta ada pula roh-roh yang menjaga organ tubuh manusia. Apabila manusia dapat hidup harmonis dengan roh-roh di dalam tubuhnya maupun di alam semesta ini, maka dia akan mencapai kesempurnaan atau hidup abadi manunggal dengan Dao. Menurutnya, meditasi adalah cara yang paling efektif untuk mencapai kesempurnaan.

Ajaran Wei Huacun di kemudian hari dikenal dengan nama Dao Yang Maha Murni (Shangqing Dao). Aliran ini menekankan meditasi sebagai cara untuk mencapai kesempurnaan. Setelah Wei Huacun meninggal aliran Shangqing disebarkan oleh Yangxi (330-386) yang menerima wahyu dari Wei Huacun yang telah menjadi dewi untuk meneruskan ajarannya.

Aliran Shangqing mencapai masa kejayaannya di bawah pimpiman Tao Hongjing (456-536) yang tinggal di gunung Maoshan. Dia menulis kitab Shangqing yang berisi silsilah pewarisan pimpiman Shangqing dan sistem kasta dewa-dewi yang disembah umat Dao dan mendirikan laboratorium untuk menemukan obat panjang umur. Sama seperti aliran Tianshi, aliran Shangqing juga menjadikan Dewa mahabajik (Daode Tianzun) atau Dewa Yang Mahatua (Taishang Laozun) sebagai dewa tertinggi yang paling disembah.

Lingbao Pai

Sekolah Permata Jiwa (Lingbao Pai) adalah aliran Dao yang berkembang sejak dinasti Jin (265-420) dan Song (420-479). Aliran ini menyatu dengan aliran Shangqing pada pemerintahan dinasti Tang (618-907). Aliran ini terbentuk ketika Ge Chaofu () pada tahun 397-401 mempopulerkan kitab Lima Jimat (Wufujing) yang merupakan ajaran-ajaran yang diwarisinya dari pendahulunya Gehong (284-364) dan Ge Xuan (164-244) yang ahli alkimia (ilmu kimia kuno).

Aliran Lingbao menyatukan ajaran Tianshi Dao, Shangqing Dao dan agama Budha. Namun sayang, karena pemahaman yang kurang baik, maka banyak doktrin-doktrin agama Budha yang tidak dipahami dengan baik sehingga walaupun banyak istilah agama Budha yang digunakan, namun penafsirannya sama sekali berbeda dengan aslinya. Doktrin agama Budha yang dipakai secara luas adalah ajaran reinkarnasi.

Kitab suci agama Dao disebut Daozang (Rahasia Dao). Lu xiujing (406-477) adalah orang pertama yang melakukan kanonisasi kitab-kitab suci agama Dao. Ia mebagi Daozang menjadi dua:

Kitab Besar
Kitab Kecil

Kitab Besar dikelompokkan menjadi tiga gua (Sandong):

Dongzhenbu – Bagian Gua Kenyataan
Dongxuanbu – Bagian Gua Dalam
Dongshenbu – Bagian Gua Roh

Masing-masing gua terdiri dari 12 bab yaitu:

Bab Utama (Benwen li)
Bab Lambang atau Jimat Dewa (Shenfu li)
Bab Penjelasan (Yujue li)
Bab Diagram dan Gambar (Lingtu li)
Bab Sejarah dan Silsilah (Pulu li)
Bab Pengajaran Berharga (Jielu li)
Bab Tata Ibadah (Weiyi li)
Bab Pantang dan Tabu (Fangfa li)
Bab Latihan-latihan (Zhongshu li)
Bab Sejarah (Jizhuan li)
Bab Puji-Pujian (Zansong li)
Bab Hari-Hari Besar (Biaozou li)

Kitab Kecil dikelompokkan menjadi:

Misteri Agung (Taixuan) – Dao De Jing
Kedamaian Agung (Taiping) - Taiping Jing
Kemurnian Agung (Taiqing) – Taiqing Jing
Kebenaran Yang Satu (Zhengyi) – Shangqing dan tata ibadah Tianshi Dao

Berbeda dengan Tianshi Dao dan Shangqing Dao yang menjadikan Dewa Yang Mahatua (Taishang Laozun) sebagai dewa tertinggi yang paling disembah, maka Lingbao pai menjadikan Dewa Yang Mahamula (Yuanshi Tianzun) yang menciptakan alam semesta sebagai dewa utama yang paling disembah.


sumber : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=514828088600470&set=a.451274724955807.1073741825.100002198507840&type=3&theater

Legenda Chan Cu atau Kodok Berkaki 3



Kodok berkaki tiga boleh jadi simbol pembawa keberuntungan dalam hal mencetak uang. Ada sepasang mitos yang dihubungkan dengan asal-muasal dari kepercayaan muasal dari kepercayaan ini. Bahkan menurut mitologi Tiongkok kodok berkaki tiga konon hanya terdapat di bulan, yang berhasil menelannya selama gerhana. Akibatnya, terkadang ia disebut mampu melambangkan yang tak tercapai. Perluasan dari mitos ini adalah bahwa istri dari salah satu Delapan Dewa Keabadian mencuri minuman keabadian dari Ratu Barat, Hsi Wang Mu. la terbang ke bulan dan di sana ia langsung berubah menjadi kodok! Namun setelah mencicipi minuman itu, tanpa sengaja ia telah memperoleh keabadian dan ketika ia sedang mengalami proses perubahan menjadi kodok, ia memohon pengampunan. Dewa-dewa yang berbelas kasihan segera luluh dan hanya bagian atas tubuhnya yang diubah menjadi makhluk yang buruk. Sebagai pengganti bagian belakang tubuhnya yang hilang, para dewa mengizinkan untuk mempertahankan ekornya. Maka jadilah ia kodok berkaki tiga.

Dalam legenda terkait, mitos kodok berkaki tiga diumpani dengan koin emas oleh Lui Hai, salah satu dari 8 Dewa Keabadian, dan Menteri Negara yang hidup selama abad kesepuluh masehi. Diyakini mahir dalam ilmu aliran Tao dan memahami kekuatan kodok untuk menarik kekayaan dan kemakmuran. Setelah lama mencari-cari makhluk mistik ini, Lui Hai baru menemukannya sedang bersembunyi dalam-dalam di dasar sumur. Menyadari kegemaran kodok itu akan uang, Lui Hai mengumpani makhluk itu supaya ke luar dari dasar sumur. Sebagai umpannya ia menggunakan benang merah yang mengikat koin emas. Kemudian lahiriah lukisan anak kecil yang sedang memancing kodok berkaki tiga dengan koin yang diikat pada benang merah yang panjang, dan ia dikenal sebagai lambang bermakna bahwa kekayaan akan datang menjelang. Legenda kodok berkaki tiga sebagai simbol kekayaan dengan demikian berasal dari perlambangan populer Lui Hai, yang dilukiskan dengan sebelah kakinya bertumpu pada kodok itu sementara sebelah tangannya menggenggam rentangan benang merah di mana tergantung koin emas. Gambar itu dipercaya sangat membawa berkah dan sangat kondusif untuk menarik keberuntungan. Sejak itu kodok berkaki tiga dengan koin di dalam mulutnya telah menjadi simbol untuk menarik kekayaan dan kemakmuran, Selama kurun waktu yang lama tegenda itu terus meluas dan dewasa ini, simbol hiasan kodok berkaki tiga menunjukkan bahwa ia tengah menduduki setumpuk koin dan logam emas dan selalu menggigit koin di dalam mulutnya. Lui Hai, Dewa Keabadian secara misterius lenyap dari gambar itu!

Kodok disebut chan-chu 蟾蜍 atau lai-ha-ma 癞蛤蟆. Telur katak dipercaya jatuh dari langit turun bersama embun, karena itu kodok disebut tian-ji 天鸡 atau “ayam dari langit”, beberapa menerjemahkannya menjadi ayam surgawi.

Di Tiongkok kuno, katak dikaitkan dengan umur panjang, yang bisa mencapai 30 – 40 tahun, bahkan konon, ada kodok yang bisa hidup beberapa ribu tahun bahkan 10.000 tahun . Pada katak berumur 10.000 tahun ini akan muncul gumpalan di kepala menyerupai tanduk yang konon, gumpalan itu menjadi salah satu dari 5 eliksir keabadian.

Selain itu kodok di Tiongkok yang merupakan masyarakat agraris, kehadirannya terkait dengan hujan atau dipercaya mampu mengundang hujan. Hal ini dikaitkan dengan yin dan bulan, seperti gagak yang menjadi simbol matahari. Kodok di bulan ini berhubungan dengan legenda Dewi Bulan Chang’e 嫦娥 istri dari pemanah Houyi 后羿 (circa 2500 BC) yang mendapatkan obat keabadian dari Xiwangmu 西王母. Chang’e mencuri dan meminum obat tersebut, sehingga tubuhnya menjadi ringan dan melayang ke bulan. Ada versi kisah yang mengatakan ia dihukum dengan berubah menjadi kodok yang menumbuk obat di bulan, yang mana bayangannya terpantul dipermukaan bulan yang tampak dari bumi.

Dalam masyarakat Tanka yaitu suku minoritas di Tiongkok Selatan yang hidup di atas perahu, ada upacara menarik yang diadakan pada waktu mid-autumn / zhong-qiu yaitu tanggal 15 bulan 8 penanggalan imlek. Pada saat itu untuk menghormati pengantin baru, pohon kayu manis diletakkan di depan pintu pengantin wanita dengan seekor kodok dan kelinci di bawahnya. Tirai ranjang diturunkan, lilin dinyalakan di sampingnya, dan ruangan ini disebut “istana kodok” . Kemudian seorang wanita tua berperan sebagai Xiwangmu, naik ke panggung yang mengarah ke depan perahu, di depannya ada makanan simbol keberuntungan seperti; kacang tanah, biji labu, kue kayu manis, teh dan arak, dll. Setelah semua keluarga berkumpul, pasangan pengantin muncul mengenakan baju pengantin mereka, mereka lalu masuk ke kamar pengantin yang disebut “istana bulan” dan berhenti sesaat di pintu masuk yang disebut “gerbang balairung bulan”. Lalu wanita tua itu menggumamkan pesan-pesan bijaksana, dan pergi, sementara itu pasangan pengantin berpelukan dan dibawa ke “istana kodok” .

Perayaan pertengahan musim gugur atau zhong-qiu ini merupakan perayaan bulan yang dirayakan segenap orang Tionghoa, dan tradisi unik yang diceritakan di atas merupakan ritual bulan, karena perkawinan dianggap penuh dengan simbolisme bulan.

Kisah lain mengenai simbol kodok yang kemudian terkenal menjadi perangkat fengshui terkait dengan rejeki adalah tentang Liu Hai 刘海. Liu Hai adalah seorang menteri dari abad ke 10 M, yang mempunyai kodok berkaki tiga yang dapat membawanya ke manapun ia ingin pergi. Namun kodok itu sering melarikan diri ke sumur terdekat, namun Liu Hai tidak pernah kesulitan memancingnya keluar, dengan cara memancingnya dengan umpan sebaris koin emas direnteng dengan pita. Lukisan Liu Hai dengan satu kaki menginjak kodok dan membawa serenteng coin, dianggap lukisan yang membawa keberuntungan. Dan kodok berkaki tiga (kadang menggigit koin) merupakan simbol penghasil rejeki.

Versi kisah Liu Hai yang lain mengatakan bahwa kodok ini tinggal di dasar kolam yang dalam dan suka menyemburkan racun untuk melukai orang. Dan Liu Hai memancing kodok ini dengan koin emas keluar lalu menghancurkannya. Kisah ini melambangkan bahwa keserakahan manusia akan uang dapat menghancurkan mereka.

Zhang Guolao 张果老, salah satu dari delapan dewa juga kadang digambarkan menunggang katak raksasa. Dan salah satu bentuk huruf kuno ada yang disebut kedou-zi 蝌蚪字 atau huruf kecebong yang mirip dengan bentuk kecebong yang sedang berenang di air.

Kodok juga dipercaya memiliki nilai medis yang tinggi, jika ada seseorang yang kena bisul, untuk menyembuhkannya disuruh memakan katak. Racun kodok yang dikeringkan dipercaya mampu menyembuhkan panas dalam, meredakan sakit, mengempiskan bengkak, serta menghindari kanker. Konon kulit katak juga bisa mengobati berbagai kanker, sakit hati kronis dan pencernaan. Terlebih lagi katak berusia 10.000 tahun yang ditangkap lalu dikeringkan saat duanwu (tanggal 5 bulan 5 penanggalan imlek) yang dianggap hari yang berbahaya atau jelek, dianggap memiliki kekuatan gaib. Dengan menggores tanah memakai kaki katak tersebut, akan muncul mata air, dan membawa katak tersebut ke medan perang mampu menghindarkan pembawanya dari serangan senjata tajam, bahkan mampu membuat panah musuh berbalik arah.

Konon di Tiongkok waktu itu dikisahkan seorang panglima yang menunggang kodok berkaki tiga dan setiap kali kodok ini bersuara mulutnya di penuhi dengan koin dan setelah itu banyak orang menganggap panglima ini salah satu dewa kekayaan Tiongkok selain Wu Lu Chai Shen (5 Jalur dewa kekayaan). Kodok ini kita namakan sebagai Chan Chu yang dipercayai jika Anda menempatkan benda ini didalam rumah, terutama di sektor Sheng Qi atau dekat dengan meja kasir, meja kerja, dsb dapat membawa kekayaan buat Anda. Penempatan kodok ini harus mengarah ke dalam rumah dan biasanya diletakkan di sektor pojok kanan atau kiri rumah.


sumber : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=515300435219902&set=a.451274724955807.1073741825.100002198507840&type=3&theater