Tampilkan postingan dengan label Info dan Tips. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Info dan Tips. Tampilkan semua postingan

Senin, 05 Agustus 2013

Nasihat Penguasaan Emosi

Ada tiga latihan yang patut kita usahakan dalam keseharian kita : " SABAR, TENANG, SENYUM "

↣ SABAR ,
Pada saat EMOSI kita sedang MENINGGI..apapun yang menjadi penyebabnya,..Janganlah kita MELEPASKAN suara atau sikap yang merupakan EKSPRESI dari KEMARAHAN..Yang mana akan menyakiti HATI orang lain atau menjadi KARMA negatif....serta MERUSAK nama baik kita sebagai orang yang tidak dapat menguasai EMOSI...

↣ TENANG ,
yaitu sikap yang selalu DATAR dan SEJUK dalam SITUASI apa pun...baik LISAN maupun GERAKAN..,KETENANGAN merupakan CERMIN kuatnya KESABARAN...Obses, resah, gelisah dan kepanikan adalah cermin tiadanya KETENANGAN...

↣ SENYUM ,
yaitu sikap BERSAHABAT serta cinta kasih yang TULUS dari lubuk HATI..Terhadap siapa saja yang bertatap muka dengan kita, bertemu dengan kita. Kita tidak perlu berlatih untuk bersikap dingin, tidak peduli dan cuek.. Karena kita sudah sangat berbakat untuk hal itu..Akan tetapi untuk TERSENYUM, PEDULI dan RAMAH..mungkin kita akan belajar sepanjang HIDUP kita...

STS (sabar, tenang, senyum) ini, akan banyak membawa KEBAHAGIAAN serta KEBAIKAN dalam HIDUP kita.


sumber : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=491037557644710&set=a.346443935437407.81129.346439915437809&type=1&theater

Selasa, 29 Januari 2013

Ajari Anak Jangan Sambil Emosi Dong !

Hasil penelitian mengatakan bahwa agresi psikologis bisa membuat anak menjadi sulit beradaptasi atau bahkan berperilaku buruk, karena berbagai faktor.
Bentuk penerapan disiplin yang terlalu keras pada anak -- yang biasanya dilakukan orang tua yang masih muda usia -- sebaiknya jangan dilakukan. Sebab bisa mempengaruhi mentalnya di masa mendatang.
Begitulah kesimpulan hasil sebuah survei tentang orang tua dan perilaku agresif terhadap anak yang dilakukan oleh Murray Straus, seorang sosiolog dari University of New Hampshire terhadap 991 orang tua.
Menurut survei tersebut, membentak dan mengancam adalah bentuk paling umum dari agresi yang dilakukan orang tua. Dibandingkan tindakan yang lebih ekstrim lagi, seperti mengancam, memaki, dan memanggil dengan kasar dengan panggilan bodoh, malas dan sebagainya, maka membentak memang paling banyak dilakukan.
Bukan hanya kepada anak, bayi pun kena bentak. Tetapi biasanya semakin muda usia orang tua, semakin sering pula mereka melakukan 'tindakan disiplin' tersebut.
Dari survei itu, 90% mengaku melakukan bentuk-bentuk agresi psikologis saat dua tahun pertama usia anak. Dan 75% di antaranya mengaku melakukan bentakan atau berteriak pada anak. Seperempat orang tua menyumpahi atau memaki anaknya, dan sekitar 6% bahkan mengancam untuk mengusir sang anak.
Menurut Straus, tindakan ini membawa efek psikologis jangka panjang bagi sang anak, walaupun secara hukum belum bisa disebut kekerasan terhadap anak. Tetapi memang dampaknya tidak langsung kelihatan dan biasanya baru ketahuan setelah mereka semakin dewasa.
Straus menambahkan bahwa agresi psikologis itu bisa membuat anak menjadi sulit beradaptasi atau bahkan berperilaku buruk, karena berbagai faktor. Misalnya, menjadi kurang percaya diri, atau sebaliknya, menjadi pemberontak.
Tetapi yang paling dikhawatirkan adalah kalau mereka melakukan hal yang sama terhadap anak mereka kelak. Padahal kalau secara psikologis, kelakukan anak yang salah seharusnya diperbaiki, bukan dibentak-bentak dan dimarahi.
Kalau mengajari anak, sebaiknya emosi orang tua dijagalah !
(sumber : satumed.com)

Mempelajari Tangisan Bayi







Setiap kali seorang bayi menangis, pasti si ibu akan menyorongkan payudaranya atau membopongnya. Tapi, ketika dua hal itu sudah dilakukan, dan si mungil masih saja menangis, barulah si ibu bingung.
Nah, coba saja si ibu tahu arti tangisan itu, kan tak perlu bingung?

Tapi, bagaimana tahu arti tangisan bayi?

Tangisan merupakan alat komunikasi pertama yang dikuasai bayi. Lewat tangisan, bayi mengutarakan keinginan dan kebutuhannya secara efektif. Tak heran, bayi menghabiskan banyak waktu untuk aktivitas ini.
Dalam buku Your Child's Body Language, Dr. Richard Woolfson menjelaskan bahwa tangisan bayi mempunyai arti berbeda-beda. Setiap jenis tangisan mengkomunikasikan pesan tersendiri untuk ayah ibunya.
Di bawah ini beberapa contoh tangisan bayi dan cara mengatasinya.

Tangisan Aku Ingin Menyusu:

Bayi Anda akan mulai menangis jika lapar. Tangisannya biasanya berulang-ulang. Pertama, ia menangis lalu berhenti sejenak untuk mengambil napas, menangis lagi, berhenti sejenak untuk mengambil nafas, demikians seterusnya. Mengatasinya, susui dia hingga kenyang. Atau, jangan-jangan sudah waktunya makan?

Tangisan Popokku Kotor: 
Bayi lebih suka popoknya bersih dan kering. Jika popoknya basah ia akan menangis karena merasa tidak dari rasa tidak nyaman. Tangisan pengumumam popokku kotor biasanya perlahan, kemudian makin keras dan makin keras. Anda juga bisa memperhatikan bahwa ia bergeliut-geliut di tempat tidurnya. Mengatasinya, segera periksa popoknya. Ia barangkali memerlukan popok yang baru.

Tangisan Badanku Sakiiit:

Semua bayi menangis jika ia merasa sakit. Tangisan jenis ini adalah tangisan bernada tinggi, hampir seperti jeritan, kemudian ia terengah-engah pada saat menarik nafas, lalu menjerit lagi. Jalan keluar, cobalah temukan apa yang membuatnya kesakitan. Pegang perutnya, jangan-jangan kejang. Goyang-goyang tangan, kaki atau leher dan kepalanya. Jika ia menjerit lebih keras ketika menggoyang bagian tertentu, mungkin ada yang sakit karena terjatuh tanpa sepengetahuan Anda. Kompreslah bagian yang sakit dengan air hangat.

Tangisan Aku Bosan: 
Bayi selalu memerlukan stimulasi dan akan timbul bosan jika ia tidak memperolehnya, atau bahkan bosan dengan satu aktivitas saja. Tangisan jenis ini dirancang untuk mendapat perhatian Anda. Makanya, tangisan ini lebih mirip teriakan ketimbang tangisan. Dan, ia akan tetap menagis seperti ini selama ia merasa bosan. Mengatasinya, ganti aktivitasnya. Misal, temani dia bermain, menyenandungkan nyanyian, membacakan cerita atau bisa juga ajak jalan-jalan.

Tangisan minta gendong:

Bayi Anda akan menjadi cengeng jika lelah, walaupun ia mungkin tidak ingin tidur. Ia akan merengek dengan menjengkelkan. Kepalanya mungkin terangguk-angguk untuk beberapa detik, dan mungkin Anda melihat bahwa ia menggosok-gosokkan tangannya pada mata serta wajahnya. Mengatasinya, ayunlah ia perlahan-lahan sampai akhirnya ia jatuh tertidur.

Tangisan kesepian:

Bayi Anda senang bergaul. Ia ingin Anda selalu berada di sisinya. Jika merasa kesepian, tangisannya akan terdengar menyedihkan. Seakan ia tengah sedih atau marah. Mengatasinya, luangkan waktu bersamanya paling tidak sampai ia tenang. Jika Anda perlu menyelesaikan sesuatu, gendonglah ia sampai tenang, kemudian lanjutkan pekerjaan anda bersamanya di sisi Anda.

Nah, itulah beberapa ciri tangisan bayi Anda. Dan, kini sudah tahu rahasianya, kan? Jadi, jangan langsung nyorongkan payudara lagi, ya? (ia/cbn/CN02) (sumber: CyberNews Suara Merdeka)

Senin, 06 Agustus 2012

Silsilah Buddhis

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=12350.0
Silsilah Chan (Zen)
Dari Denkoroku, Baolin chuan, Jingde Chuandeng Lu, dan Wudeng Huiyuan:
Śākyamuni Buddha, 1. Mahakashyapa, 2. Ananda, 3. Madhyantika, 4. Sanavasa, 5. Upagupta, 6. Dhritaka, 7. Micchaka, 8. Buddhanandi, 9. Buddhamitra, 10. Bhikshu Parshva, 11. Punyayasas, 12. Asvaghosha, 13. Bhikshu Kapimala, 14. Nagarjuna, 15. Kanadeva, 16. Arya Rahulata, 17. Samghanandi, 18. Samghayasas (Gayashata), 19. Kumarata, 20. Jayata, 21. Vasubandhu, 22. Manura (Manorhita), 23. Haklenayasas, 24. Bhikshu Simha, 25. Vasasita (Basiasita), 26. Punyamitra, 27. Prajnatara, 28. Bodhidharma, 29. Dazu Huike, 30. Jianzhi Sengcan, 31. Dayi Daoxin, 32. Daman Hongren, 33. Dajian Huineng, 34. Nanyue Huairang dan Qingyuan Xingsi

Silsilah Nanyue Huairang - Linji
Nanyue Huairang, 1. Mazu Daoyi, 2. Baizhang Huaihai, 3. Huangbo Xiyun, 4. Linji Yixuan

Silsilah Nanyue Huairang – Guiyang
Nanyue Huairang, 1. Mazu Daoyi, 2. Baizhang Huaihai, 3. Guishan Lingyu

Silsilah Nanyue Huairang – Puhua
Nanyue Huairang, 1. Mazu Daoyi, 2. Panshan Baoji, 3. Puhua 

Silsilah Qingyuan Xingsi – Caodong
Qingyuan Xingsi, 1. Shitou Xiqian, 2. Yunyan Tansheng, 3. Dongshan Liangjie, 4. Caoshan Benji

Silsilah Qingyuan Xingsi – Yunmen
Qingyuan Xingsi, 1. Shitou Xiqian, 2. Yaoshan Weiyen, 3. Tianhuang Daowu, 4. Longtan Chongxin, 5. Deshan Xuanjian, 6. Xuefeng Yicun, 7. Yunmen Wenyan

Silsilah Qingyuan Xingsi - Fayen
Qingyuan Xingsi, 1. Shitou Xiqian, 2. Yaoshan Weiyen, 3. Tianhuang Daowu, 4. Longtan Chongxin, 5. Deshan Xuanjian, 6. Xuefeng Yicun, 7. Changqing Huileng, 8. Xuansha Shibei, 9. Fayan Wenyi

Silsilah Rinzai Jepang
Linji Yixuan, 1. Xinghua Cunjiang, 2. Nanyuan Huiyong, 3. Fengxue Yanzhao, 4. Shoushan Shengnian, 5. Shishuang Qingzhu, 6. Yangzhi Fanghui, 7. Baiyun Shouduan, 8. Wuzu Fayan, 9. Yuanwu Keqin, 10. Huqiu Shaolong, 11. Yingan Tanhua, 12. Mian Xianjie, 13. Songyuan Chongyue, 14. Yunan Puyan, 15. Xutang Zhiyu, 16. Shomyo (Daio Kokushi)

Silsilah Soto Jepang

Dongshan Liangjie, 1. Yunju Daoying, 2. Tongan Daopi, 3. Tongan Guanzhi, Liangshan Yuanguan, 4. Dayang Jixuan, 5. Touzi Yiqing, 6. Furong Daokai, 7. Danxia Zichun, 8. Zhenxie Qingliao, 9. Tiantong Zongjue, 10. Xuedou Zhijian, 11. Tiantong Rujing, 12. Eihei Dogen

Silsilah Seon Korea

I. Silsilah Gunung Huiyang

Bodhidharma, 1. Dazu Huike, 2. Jianzhi Sengcan, 3. Dayi Daoxin, 4 Beomnang (Pomnang), 5. Shinaeng
II. Silsilah Gunung Gaji
Nanyue Huairang, 1. Mazu Daoyi, 2. Xitang Zhizang, 3. Toui (Jilin Daoyi), 4. Chejing
III. Silsilah Gunung Seongju
Nanyue Huairang, 1. Mazu Daoyi, 2. Magu Baozhe, 2. Muyeom
IV. Silsilah Gunung Silsang
Nanyue Huairang, 1. Mazu Daoyi, 2. Xitang Zhizang, 3. Hongcheok (Hongshe)
V. Silsilah Gunung Dongni
Nanyue Huairang, 1. Mazu Daoyi, 2. Xitang Zhizang, 3. Hyejeol
VI. Silsilah Gunung Bongnim
Nanyue Huairang, 1. Mazu Daoyi, 2. Zhangjing Huaihui, 3. Weongnam
VII. Silsilah Gunung Sagul
Nanyue Huairang, 1. Mazu Daoyi, 2. Yanguan Qian, 3. Beomil
Qingyuan Xingsi, 1. Shitou Xiqian, 2. Yaoshan Weiyan, 3. Beomil
VIII. Silsilah Gunung Saja
Nanyue Huairang, 1. Mazu Daoyi, 2. Nanquan Puyuan, 3. Doyun
IX. Silsilah Gunung Sumi
Qingyuan Xingsi, 1. Shitou Xiqian, 2. Yunyan Tansheng, 3. Dongshan Liangjie, 4. Yunju Daoying, 5. Ieom

Silsilah Thien Vietnam
I. Dharmadeva, 1. Thich Hue Thang
II. Bodhidharma, 1. Dazu Huike, 2. Jianzhi Sengcan, 3. Vinitaruci (Ty Ni Da Lu Chi)
III. Nanyue Huairang, 1. Mazu Daoyi, 2. Baizhang Huaihai, 3. Wu Yen Tung (Vo Ngon Thong)
IV. Yunmen Wenyan, 1. Xianglin Chengyuan, 2. Xuetou Chongxian, 3. Thao Dong

-
Silsilah Tiantai (Tendai)
Dari teks Fu fazang yinyuan zhuan dan Tachih Tulun:
Śākyamuni Buddha, 1. Mahakasyapa, 2. Ananda, 3. Sanavasa, 4. Upagupta, 5. Dhrtaka, 6. Miccaka, 7. Buddhanandin, 8. Buddhamitra, 9. Parsva, 10. Punyayasas, 11. Asvaghosa, 12. Kapimala, 13. Nagarjuna, 14. Kanadeva, 15. Rahulata, 16. Sanghanandin, 17. Gayasata, 18. Kumarata, 19. Jayata, 20. Vasubandhu, 21. Manorhita, 22. Haklenayasas, 23. Simha bhiksu, 24. Huiwen, 25. Huisi, 26. Zhiyi

Silsilah Tendai Jepang
Zhiyi, 1. Guanding, 2. Fahua, 3. Tiangung, 4. Zhuoxi, 5. Zhanran, 6. Daosui, 7. Saicho (Dengyo Daishi)

Silsilah Vinaya – Luzong (Ritsu)

Dari Luzong Gangyao:
Śākyamuni Buddha, 1. Upali, 2. Mahakasyapa, 3. Ananda, 4. Sanavasin, 5. Upagupta, 6. Dharmagupta, 7. Dharmakala, 8. Fazong, 9. Daofu, 10. Huiguang, 11. Daoyun, 12. Daozhao, 13. Zhishou, 14. Daoxuan

Silsilah Ritsu Jepang
Daoxuan, 1. Hongjing, 2. Jianzhen (Ganjin)

Silsilah Tanah Suci Sukhavati (Jingtu)
Śākyamuni Buddha, 1. Manjusri Bodhisattva, 2. Ashvagosha, 3. Nagarjuna, 4. Vasubandhu, [5. Huiyuan] 5. Bodhiruci, 6. Tanluan, 7. Taocho, 8. Shantao, 9. Huaikan, 10. Shaokang

Silsilah Jodo Jepang
Tanluan, 1. Taocho, 2. Shantao, 3. Chiko, 4. Shokai, 5. Genshin, 6. Yokan, 7. Jippan, 8. Honen (Genku), 5. Bencho, Shoku dan Shinran

Silsilah Jeongto di Korea
Huiyuan, 1. Chajang, 2. Wonhyo, 3. Uisang, 4. Uijok, 5. Pobwil, 6. Hyonil

Silsilah Zhenyan (Shingon)
Silsilah Vajradhatu
Śākyamuni Buddha (Mahavairocana Buddha), 1. Vajrasattva, 2. Nagarjuna, 3. Nagabodhi, 4. Vajrabodhi, 5. Amoghavajra, 6. Huiguo, 7. Konghai (Kukai)

Silsilah Garbhadhatu

Śākyamuni Buddha (Mahavairocana Buddha), 1. Vajrasattva, 2. Nagarjuna, 3. Nagabodhi, 4. Vajrabodhi, 5. Subhakarasimha, 6. Amoghavajra, 7. Yixing, 8. Huiguo, 9. Konghai (Kukai)

Silsilah Huayan (Kegon)
Śākyamuni Buddha (Vairocana Buddha), 1. Samantabhadra Bodhisattva, 2. Manjusri Bodhisattva, 3. Ashvagosha, 4. Nagarjuna, 5. Vasubandhu, 6.Dushun, 7. Zhiyan, 8. Fazang, 9. Chengguan, 10. Guifeng Zongmi

Silsilah Hwaeom Korea

Zhiyan, 1. Fazang, 2. Wonhyo dan Uisang

Silsilah Kegon Jepang
Uisang, 1. Simsang, 2. Roben, 3. Jitchu, 4. Tojo, 5. Shoshin

-
Silsilah Jonangpa

Silsilah Shentong Madhyamika
Śākyamuni Buddha, 1. Bodhisattva Maitreya, 2. Asanga, 3. Vasubhandu, 4. Gangameti, 5. Gawa Drakpa, 6. Jungne Zhiwa, 7. Brahma Sajna, 8. Lotsawa Gaway Dorje, 9. Tsen Kawoche, Drimey Sherab, 10. Dharma Tsondru, 11. Yeshe Jungney, 12. Changchub tua, 13. Changchub muda, 14. Monlam Tsultrim, 15. Chomden Ripay Raldri, 16. Kyiton Jamyang, 
17. Kunkhyen Dolpopa Sherab Gyaltsen, 18. Nyawon Kunga Pal, 19. Chopal Gonpo, 20. Lodro Zangpo, 21. Jamgon Nyipa Drag, 22. Shakya Chogden, 23. Donyod Drubpa, 24. Jamgon Drubpa, 25. Kunga Gyaltsen, 26. Dragden Drubpa Chog, 27. Taranatha

Silsilah Dro Kalachakra
Śākyamuni Buddha (Kalachakra), 1. Suchandra, 2. Devendra, 3. Tevasjin, 4. Chandradatta, 5. Deveshvara, 6. Chitrarupa, 7. Devesha, 8. Manjusrikirti, 9. Chilupa (Kalachakrapada tua), 10. Kalachakrapada muda (Shribhadra), 11. Nalendrapa (Bodhibhadra), 12. Somanatha, 13. Dro Lotsawa Sherab Drakpa, 14. Lhaje Gompa, 15. Droton Namseg, 
16. Yumo Mikyo Dorje, 17. Dharmeshvara, 18. Namkha Odzer, 19. Machig Tulku Jobum, 20. Jamyang Sarma, 21. Choku Odzer, 22. Kunpang Tukje Tsondru, 23. Changsem Gyalwa Yeshe, 24. Yontan Gyatso, 25. Dolpopa Sherab Gyaltsen, 27. Chole Namgyal, 28. Nyawon Kunga Pal, 29. Kunga Lodro, 30. Jamyang Konchog Gyalpo, 31. Namkhai Tsenchan, 32. Namkha Palzang, 33. Lochen Ratnabhadra, 34. Jamgon Drupay Pawo, 35. Kunga Dolchog, 36. Gyatso Deje, 37. Khadrup Namtsol, 38. Taranatha 

-
Silsilah Sakyapa
Dari kumpulan karya Chogyal Phagpa:

Silsilah Margapala (Lamdre)
Śākyamuni Buddha (Vajradhara), 1. Vajra Nairatmya, 2. Virupa, 3. Krishnapa, 4. Damarupa, 5. Avadhutipa, 6. Gayadhara, 7. Drogmi Lotsawa, 8. Seton Chungpa Kunrig, 9. Shangton Gonpawa Chobar, 10. Sachen Kunga Nyingpo, 11. Lobpon Sonam Tsemo, 12. Jetsun Dragpa Gyaltsen, 13. Sakya Pandita Kunga Gyaltsen, 14. Drogon Chogyal Phagpa (Lama Chokyi Gyalpo), 15. Shang Konchog Pal, 16. Dragphugpa, 17. Lama Palden Tsultrim, 18. Buddha Shri (1339-1419), 19. Ngorchen Kunga Sangpo 

Silsilah Mahamudra Tanpa Kata 
Śākyamuni Buddha (Vajradhara), 1. Arya Tara, 2. Vagishvara Kirti, 3. Devakara Chandra, 4. Amoghavajra, 5. Je Drogmi, 6. Seton Chungpa Kunrig, 7. Shangton Gonpawa Chobar, 8. Sachen Kunga Nyingpo, 9. Lobpon Sonam Tsemo, 10. Jetsun Dragpa Gyaltsen, 11. Sakya Pandita Kunga Gyaltsen,. 

Silsilah Indrabhuti
Śākyamuni Buddha (Vajradhara), 1. Shri Mahadeva, 2. Indrabhuti, 3. Pal Tsangwi Shap, 4. Dramze Drupai Dorje, 5. Raja Indrabhuti Barpa, 6. Acharya Godral Shap, 7. Raja Jnana Bhuti, 8. Sri Yobhuti, 9. Padmavajra, 10. Dombi Heruka, 11. Yanlag Barmi Shap, 12. Lhamo Pungwai Padma, 13. Cham Lakshmi, 14. Raja Indrabhuti Chungwa, 15. Ratna Vajra, 16. Khache Sherab Ge Ngawa, 17. Je Gayadhara, 18. Drogmi Lotsawa, 19. Seton Chungpa Kunrig, 20. Shangton Gonpawa Chobar, 21. Sachen Kunga Nyingpo, 22. Lobpon Sonam Tsemo, 23. Jetsun Dragpa Gyaltsen, 24. Sakya Pandita Kunga Gyaltsen

Silsilah Acharya Kotalipa

Śākyamuni Buddha (Vajradhara), 1. Tachog, 2. Binapata, 3. Indrabhuti, 4. Lakshmipata, 5. Gegpa Vajra, 6. Gundharipa, 7. Padmavajra, 8. Chokyi Zangpo Shap, 9. Togtsepa, 10. Bhushanapa, 11. Dharmapa, 12. Karnapa, 13. Viravajra, 14. Je Drogmi Shakya Yeshe, 15. Je Sembar Chungwa, 16. Je Shang Gonpawa, 17. Sachen Kunga Nyingpo

Silsilah Padma dan Kolam Vajra Kelahiran
Śākyamuni Buddha (Vajradhara), 1. Vilasya Vajra, 2. Ananga Vajra, 3. Sararuha Vajra, Indrabhuti, 4. Cham Lakshmi, 5. Kanha, 6. Dramze Paldzin, 7. Je Gayadhara, 8. Drogmi Lotsawa, 9. Seton Chungpa Kunrig, 10. Shangton Gonpawa Chobar, 11. Sachen Kunga Nyingpo, 12. Lobpon Sonam Tsemo, 13. Jetsun Dragpa Gyaltsen, 14. Sakya Pandita Kunga Gyaltsen

Silsilah Chaitya Acarya Aryadeva

Śākyamuni Buddha (Vajradhara), 1. Sri Vajrapani, 2. Mahabrahmana Saraha, 3. Nagarjuna, 4. Aryadeva, 5. Bhikshu Kanhapada, 6. Chandrakirti, 7. Dramze Padzin, 8. Gayadhara, 9. Drogmi Lotsawa, 10. Seton Chungpa Kunrig, 11. Shangton Gonpawa Chobar, 12. Sachen Kunga Nyingpo, 13. Lobpon Sonam Tsemo, 14. Jetsun Dragpa Gyaltsen, 15. Sakya Pandita Kunga Gyaltsen

Silsilah Komentar Lili Air
Śākyamuni Buddha (Vajradhara), 1. Nairatmya, 2. Virupa, 3. Dombi Heruka, 4. Alala Vajra, 5. Nagtropa, 6. Garbharipa, 7. Sonyompa, 8. Gyalwa Palkyi Yeshe, 9. Durjayachandra, 10. Bhikshu Viravajra, 11. Sherab Wangpo Dzepa, 12. Je Drogmi Shakya Yeshe, 13. Ngaripa Salwai Nyingpo, 14. Khankyi Chuwa, 15. Drabya, 16.Sachen Kunga Nyingpo

Silsilah Candali

Śākyamuni Buddha (Vajradhara), 1. Vajravarahi, 2. Jalandharapa, 3. Kanha, 4. Dramze Paldzin, 5. Gayadhara, 6. Drogmi Lotsawa, 7. Seton Chungpa Kunrig, 8. Shangton Gonpawa Chobar, 9. Sachen Kunga Nyingpo, 10. Lobpon Sonam Tsemo, 11. Jetsun Dragpa Gyaltsen, 12. Sakya Pandita Kunga Gyaltsen

Silsilah Chakrasamvara
Śākyamuni Buddha (Vajradhara), 1. Vajrapani, 2. Mahabrahmana Saraha, 3. Acharya Nagarjuna, 4. Shavari, 5. Luipa, 6. Darikapa, 7. Vajra Ghantapa, 8. Kumarapada, 9. Jalandharapa, 10. Krishnapa, 11. Guhyapa, 12. Nampar Gyalwai Shap, 13. The Acharya Barmai Lobpon, 14. Tilopa, 15. Naropa, 16. Pamtingpa Kuche Nyi, 17. Lama Lokkya Sherab Tseg, 18. Lama Mal Lotsawa, 19. Sachen Kunga Nyingpo

Silsilah Gantapada
Śākyamuni Buddha (Vajradhara), 1. Vajra Varahi, 2. Vajra Ghantapada, 3. Kumarapada, 4. Jalandharapa, 5. Krishnapa, 6. Guhyapa, 7. Nampar Gyalwai Shap, 8. The Acharya Barmai Lobpon, 9. Tilopa, 10. Naropa, 11. Pamtingpa Kuche Nyi, 12. Lama Lokkya Sherab Tseg, 13. Lama Mal Lotsawa, 14. Sachen Kunga Nyingpo

Silsilah Khechari Naropa
Śākyamuni Buddha (Vajradhara), 1. Vajra Yogini, 2. Naropa, 3. Pamtingpa, 4. Chen Jig Medragpa, 5. Chungdu Korwa, 6. Lama Mal Lotsawa, 7. Sachen Kunga Nyingpo

Silsilah Khechari dan Dakarnava Maitripa
Śākyamuni Buddha (Vajradhara), 1. Arya Vajrayogini, 2. Arya Avalokiteshvara, 3. Bodhisattva Lodro Rinchen, 4. Shavari Wangchug, 5. Acharya Maitripa, 6. Gyagar Chagna, Kamala Vajra, 7. Dzama Sena, 8. Lotsawa Dharma Yontan, 9. Lama Jetsunpa, 10. Lama Choje Pandita, 11. Drogon Chogyal Phagpa

Silsilah Guhyasamaja (Manjuvajra) Jnanapada dan Silsilah Tara dari Nyen
Śākyamuni Buddha (Vajradhara), 1. Arya Manjushri, 2. Acharya Buddha Jnana, 3. Marmedze Zangpo, 4. Shri Deva, 5. Vimala Gupta, 6. Ratna Vajra, 7. Ratna Kirti, 8. Lama Pendapa, 9. Lama Nyen Lotsawa, 10. Lama Nang Kaupa, 11. Sachen Kunga Nyingpo

Silsilah Tiga Yamari, dengan Cabangnya
Śākyamuni Buddha (Vajradhara), 1. Arya Manjushri, 2. Acharya Buddha Jnana, 3. Marmedze Zangpo, 4. Paldzin, 5. Naropa, 6. Astula Vajra, 7. Lama Bharo Chagtum, 8. Je Mal Lotsawa, 9. Sachen Kunga Nyingpo

Silsilah Roda Arya Guhyasamaja
Śākyamuni Buddha (Vajradhara), 1. Vajrapani, 2. Raja Indrabhuti, 3. Lho Chog Gyatsoi Lhu, 4. Lhule Jungwai Yeshe kyi Khandroma, 5. Odyana Bishi Gyalpo, 6. Vishukalpa, 7. Mahabrahmana Saraha, 8. Acharya Nagarjuna, 9. Aryadeva, 10. Acharya Dawa Dragpa, 11. Lopai Vajra, 12. Chopawa, 13. Padeva, Palwe, 14. Vidya Bhadra, 15. Devakara, 16. Lama Go Lotsawa, 17. Upa Geser, 18. Nang Khaupa Kuche, 19. Sachen Kunga Nyingpo, 20. Khau Dorje Dudjom, 21. Jetsun Chenpo, 22. Choje Pandita, 23. Drogon Chogyal Phagpa

Silsilah Pal Chog, Mahamudra dan Cabangnya
Śākyamuni Buddha (Vajradhara), 1. Vajrapani, 2. Gyalpo Rabsal Dawa, 3. Acharya Rabjor Kyang, 4. Kunga Nyingpo, 5. Sherab Kyang, 6. Shiwa Nyingpo, 7. Getsen Shenyen, 8. Shraddhakara Varman, 9. Jowo Rinchen Zangpo, 10. Drag Tengpa Yontan Tsultrim, 11. Lama Mal Lotsawa, 12. Sachen Kunga Nyingpo, 13. Nyagton Wangyal, 14. Jetsun Chenpo, 15. Choje Sakya Pandita

Silsilah Prajna Mahakala
Śākyamuni Buddha (Vajradhara), 1. Dramze Chogse, 2. Naro Bulingpa, 3. Deva Vajra, 4. Shraddhakara Varman, 5. Jowo Rinchen Zangpo, 6. Drag Tengpa Yontan Tsultrim, 7. Lama Mal Lotsawa, 8. Sachen Kunga Nyingpo

Silsilah Pencapaian Mahamudra dan Cabangnya
Śākyamuni Buddha (Vajradhara), 1. Vajrapani, 2. Vilasya Vajra, 3. Ananga Vajra, 4. Tsokye Vajra, 5. Indrabhuti, 6. Cham Lakshmi, 7. Darikapa, 8. Gegpa Vajra, 9. Naljor Tse, 10. Keradepa, 11. Acharya Maitripa, 12. Gyagar Chagna, 13. Lama Gyichuwa, 14. Sachen Kunga Nyingpo

Silsilah Esensi Mahamudra 

Śākyamuni Buddha, 1. Bodhisattva Lodro Rinchen, 2. Shavaripa, 3. Acharya Maitripa, 4. Gyagar Chagna, 5. Lama Gyichuwa, 6. Sachen Kunga Nyingpo

Silsilah Dharani Pancharaksa, Manjusri dan Achala
Śākyamuni Buddha, 1. Arya Manjushri, 2. Jetari Drale Nampar Gyalwa, 3. Dorje Denpa, 4. Dorje Denpa Chungwa, 5. Lama Bari Lotsawa, 6.Sachen Kunga Nyingpo

Silsilah Guhyasamaja Akshobyavajra, mandala 32 Deity, Abhiseka, Tantra dan Sadhana dengan Cabangnya
Śākyamuni Buddha (Vajradhara), 1. Vajrapani, 2. Acharya Nagarjuna, 3. Aryadeva, 4. Shakya Shenyen, 5. Chandrakirti, 6. Rolpai Dorje, 7. Kalden Dragpai Odzer Jungne Dragpa, 8. Odze Deva, 9. Chokyi Jungne Shiwa, 10. Choje Panchen Shakya Shri, 11. Choje Sakya Pandita, 12. Drogon Chogyal Phagpa

Silsilah Kalachakra, Mahamandala, Abhiseka dan Komentar Vimalaprabha dengan Cabangnya
Śākyamuni Buddha (Vajradhara), 1. Vajra Garbha, 2. Vajra Dakini, 3. Vajracharya Chilupa, 4. Kalacakra the Greater, 5. Kalachakra the Lesser, 6. Anusama Rakshita, 7. Sadhuputra, 8. Dharmakara, 9. Dharmamitra, 10. Bikshata Deva, 11. Panchen Shakyashri, 12. Sakya Pandita, 13. Drogon Chogyal Phagpa

Silsilah Vajradhatu, Mahamandala dan Abhiseka
Śākyamuni Buddha (Vajradhara), 1. Gyalpo Rabsal Dawa, 2. Acharya Rabjor Kyang, 3. Kunga Nyingpo, 4. Sherab Kyang, 5. Shiwa Nyingpo, 6. Getsan Shenyen, 7. Deva Vajra, 8. Shraddhakara Varma, 9. Ngowo Rinchen Zangpo, 20. Nangpa Tsundru Gyaltsen, 21. Nyalpa Shima Sherab, 22. Nur Nyimai Odzer, 23. Nurpa Vajra Siddha, 24. Tsakyab Dragpa Gyaltsen, 25. Lama Lokkya Wangchug Dragpa, 26. Lama Ngong Sherab Pal, 27. Drogon Chogyal Phagpa

Silsilah Tiga Yamari, Tiga Mahamandala, Abhiseka, Sadhana dan Cabangnya 

Śākyamuni Buddha (Vajradhara), 1. Jnana Dakini, 2. Acharya Lalita Vajra, 3. Amogha Vajra, 4. Yeshe Jungne Bepa, 5. Padma Vajra, 6. Dipamkara Rakshita, 7. Lama Rwa Dorje Drag, 8. Rwa Lotsawa Chorab, 9. Rwa Yeshe Senge, 10. Rwa Bum Seng, 11. Lama Lokkyapa Wangchug Dragpa, 12. Lama Ngong, 13. Drogon Chogyal Phagpa

Silsilah Mahayana, Mahamandala, Abhiseka, Tantra Akar dengan Sadanga Yoga
Śākyamuni Buddha (Vajradhara), 1. Bodhisattva Vajra Garbha, 2. Jnana Dakini, 3. Acharya Kukuripa, 4. Tsokye Vajra, 5. Dombhi Heruka, 6. Tilopa, 7. Naropa, 8. Balpo Pandita Shiwa Zangpo, 9. Lama Marpa Chokyi Lodro, 10. Ngog Chokyi Dorje, 11. Ngog Jose Dode, 12. Ngotsa Choku, 13. Ngotsa Konchog, 14. Lokkya Wangchug Dragpa, 15. Lama Ngong Ton, 16. Drogon Chogyal Phagpa

Silsilah Chaturpita, Mahamandala, Abhiseka dan Komentar dengan Cabangnya
Śākyamuni Buddha (Vajradhara), 1. Acharya Nagarjuna, 2. Aryadeva, 3. Asuri Drag Phugnag Nepai Yogini, 4. Balpo Nampar Gyalwa, 5. Pawo De, 6. Marpa Lotsawa, 7. Ngog Chokyi Dorje, 8. Ngog Dode, 9. Ngotsa Choku, 10. Ngotsa Konchog, 11. Lokkya Wangchug Dragpa, 12. Lama Ngong, 13. Drogon Chogyal Phagpa

Silsilah Rakta Yamari, Mandala 13 Deity, dan Abhiseka
Bhagavan Yamari, 1. Acharya Brahmin Paldzin, 2. Virupa, 3. Dombi Heruka, 4. Biratipa, 5. Gambhiramati, 6. Nishkalamka, 7. Deva Revandra, 8. Prabhawa, 9. Lama Gewai Shenyen Dorje Dzinpa Chenpo Lowo Lotsawa, 10. Drogon Chogyal Phagpa

Abhiseka Tara Vajra Suci 11 Deity, Abiseka Kurukulle 15 Deity, Abhiseka Manjuvajra 19 Deity bersama dengan Cabangnya
Śākyamuni Buddha (Vajradhara), 1. Jnana Dakini, 2. Acharya Luipa, 3. Acharya Tengipa, 4. Vajra Ghantapa, 5. Jalandharapa, 6. Anupama Shri, 7. Shubhakara Gupta, 8. Ananda, 9. Karagupta, 10. Pujarita, 11. Pandita Ratna Rakshita, 12. Lama Lowo Lotsawa, 13. Drogon Chogyal Phagpa

Silsilah Rakta Yamari, Mandala Lima Deity, Abhiseka dan Sadhana dengan Cabangnya
Manjushri Yamari, 1. Jnana Dakini, 2. Acharya Virupa, 3. Dombipa, 4. Baritipa, 5. Mati Garbha, 6. Gambhira Mati, 7. Nishkalamke Devi, 8. Chal Lotsawa, 9. Gvalo, 10. Drogon Chogyal Phagpa

Silsilah Guhyaka Manjushri, Mahamandala dan Abhiseka
Śākyamuni Buddha, 1. Acharya Jampal Shenyen, 2. Gegpai Vajra, 3. Murta Siddha, 4. Purna Siddha, 5. Deveshvara, 6. Shanti Garbha Smriti Jnana Kirti, 7. Tsong Te Ngaggi Wangchug, 8. Lama Sherab Dorje, 9. Ngog Chokyi Dorje, 10. Uyugpa Ramton Dorjei Dra, 11. Mang Karwa Karpo, 12. Drangso Kongton, 13. Lanton Sal Od, 14. Charton Sonam Zangpo, 15. Jetsun Sonam Kyab, 16. Lama Go Lungpa Chenpo, 17. Lama Lowo Lotsawa, 18. Drogon Chogyal Phagpa

Silsilah Mahachakra Vajrapani, Mandala, Abhiseka, Sadhana dan Cabangnya
Śākyamuni Buddha, 1. Guhyapati Vajrapani, 2. Jnana Dakini Simhamukha, 3. Acharya of Yoga Shavaripa, 4. Acharya Jvaparipa, 5. Balpo Pandita Deva Purnamati, 6. Lotsawa Chokyi Zangpo, 7. Shenton Rinchen Ngodrup, 8. Mar Gangpu, 9. Khab Chokyi Gyalpo, 10. Lama Purangpa, 11. Kyiton Konchog Bar, 12. Lhaje Tonang, 13. Dampa Drupshe, 14. Yolton Padma, 15. Lama Golungpa Chenpo, 16. Lama Lowo Lotsawa, 17. Drogon Chogyal Phagpa

Silsilah Arya Tara, Mandala, Abhiseka dan Cabangnya
Śākyamuni Buddha, 1. Arya Tara, 2. Acharya Nyima Bepa, 3. Chandra Garbha, 4. Jetari, 5. Ngaggi Wangchug Dragpa, 6. Shraddhakara Varman, 7. Tatagata Rakshita, 8. Pandita Danashri, 9. Pandita Manjushri, 10. Lama Mal Lotsawa, 11. Putse Ra Lotsawa, 12. Gewai pa Shenyen, 13. La Gowang Rin, 14. Chim Chokyi Sengge, 15. Chim Lodro Tenpa, 16. Acharya Chim Namkha Drag, 17. Drogon Chogyal Phagpa

Silsilah Mandala, Mahamandala dan Abhiseka Mahavairochana
Śākyamuni Buddha, 1. Pupawo Bodhisattva Vajrapani, 2. Gyalpo Rabsal Dawa, 3. Dei Lobmai Chog Nga Ni, 4. Pad Kar Yeshe, 5. Jnana Vajra, 6. Gyalpo Drag Chen Dzin Zangpo, 7. Nyimai Nyingpo, 8. Gyalrig Sarapao, 9. De Nga Kai Lobma Kunga Nyingpo, 10. Tatagata Vajra, 11. Shraddhakara Varman, 12. Lotsawa Rinchen Zangpo, 13. Cholung Legpai Sherab, 14. Sumton Yeshe Bar, 15. Nyanton Tsultrim Bar, 16. Todpa Bentsa Dragpa, 17. Tsang Rong Gi Lobpon Chokyi Gonpo Pal, 18. Drogon Chogyal Phagpa

Silsilah Vajrabhairava, 17 Deity Mandala dan Abhiseka
Śākyamuni Buddha, 1. Manjushri, 2. Jnana Dakini, 3. Lalitavajra, 4. Amoghavajra Chiwa, 5. Amoghavajra Chungwa, 6. Lama Kyo Odjung, 7. Tshang Yang Dagpar, 8. Tshang Yang Dag Dorje, 9. Ngog Dorje Gyalpo, 10. Zewa Dondrup Yeshe, 11. Acharya Khampa Shakya Dorje, 12. Acharya Sangye Bum, 13. Drogon Chogyal Phagpa

Silsilah Mandala Tubuh Tara, Abhiseka dan Sadhana
Drupai Lobpon, 1. Nampar Nangdze Dorje, 2. Lobpon Rinpoche, 3. Jetsun Rinpoche, 4.Lama Chojepa, 5. Drogon Chogyal Phagpa

Silsilah Arya Tara, Mandala dan Cabangnya
Śākyamuni Buddha, 1. Arya Tara, 2. Dakini Vajrasana, 3. Drup pai Lobpon Saraheta, 4. Bhenibhata, 5. Khache Pandita Samgram Shri, 6. Acharya Manjuvajra, 7. Acharya Khepe Pugpa, 8. Acharya Ngonpa Wangchug Tsondru, 9. Drogon Chogyal Phagpa (Lama Chokyi Gyalpo)

Silsilah Keluarga Lharig, Khon, Sakya

Makhluk Alam Brahma Rupadhatu (Abhasvara), 1. Ciring, 2.Yuse, 3. Yuring, 4. Masang Cije, 5.Togsa Pawo Tag, 6. Tagpo Ochen, 7. Yapang Kye, 8. Khön Bar Kye, 9. Khön Jekundag, 10. Khön Lu'i Wangpo Srungwa (Bhiksu Nagendrarakshita), 11. Khön Dorje Rinchen (Ratna Vajra), 12. Khön Sherab Yontan, 13. Khön Yontan Jungne, 14. Khön Tsugtor Sherab, 15. Khön Gekyab, 16. Khön Getong, 17. Khön Balpo, 18. Khön Shakya Lodro, 19. Sherab Tsultrim, 20. Khon Konchog Gyalpo, 21. Bari Lotsawa, 22. Sachen Kunga Nyingpo, 23. Lobpon Sonam Tsemo, 24. Jetsun Dragpa Gyaltsen, 25. Sakya Pandita Kunga Gyaltsen, 26. Drogon Chogyal Phagpa (Lama Chokyi Gyalpo), 27. Chang Rinchen Gyaltsen, 28. Dharmapalarakshita, 30. Sharpa Jamyang Chenpo, 31. Zangpopa
-

Silsilah Aktivitas Luas:
Śākyamuni Buddha, 1. Maitreya, 2. Asanga, 3. Vasubandhu, 4. Namdrol De, 5. Chokgi De, 6. Dulwai De, 7. Khenpo Yangdak Namnangze, 8. Senghabhadra, 9. Rinchen Zangpo, 10. Reta Prajnapala, 11. Suvarnadvipa Guru Dharmakirti, 12. Dipamkara Shrijnana (Atisha), 13. Dromton Gyelwe Jungney, 14. Geshe Chengawa Tsultrim Bar, 15. Geshe Chya-yulwa, 
16. Gampopa

Silsilah Pandangan Mendalam:
Śākyamuni Buddha, 1. Manjushri, 2. Arya Nagarjuna, 3. Chandrakirti, 4. Rigpe Khunchuk, 5. Kusali tua (Vidyakokila tua), 6. Kusali muda (Vidyakokila muda), 7. Atisha Dipamkara Shrijnana, 8. Dromton Gyelwe Jungney, 9. Geshe Chengawa Tsultrim Bar, 10. Geshe Chya-yulwa,
 11. Gampopa

Silsilah Pengalaman Berkah Meditasi Mendalam
Śākyamuni Buddha (Vajradhara), 1. Tilopa, 2. Naropa, 3. Dombhiva, 4. Atisha Dipamkara Shrijnana, 5. Geshe Tonpa, 6. Naljorpa Chenpo, 7. Geshe Nyukrumpa, 
8. Gampopa

Silsilah Lamrim Kadampa
Atisha Dipamkara Shrijnana, 1. Dromton Gyelwe Jungney, 2. Geshe Chengawa Tsultrim Bar, 
3. Gampopa, 4. Neuzurba, 5. Takmapa      

Silsilah Guhyasamaja, Samkranti-yoga dan Mayakaya-yoga
Śākyamuni Buddha (Vajradhara), 1. Ratnamati, 2. Vajrapani, 3. Indrabhuti, 4. Naga-yogini, 5. Visukalpa, 6. Saraha, 7. Nagarjuna, 8. Matangipa, 
9. Tilopa, 10. Naropa

Silsilah Hevajra dan Candali-yoga
Śākyamuni Buddha (Vajradhara), 1. Vajrapani (Vajragarbha), 2. Kamadevavajra, 3. Padmavajra, 4. Dakini Kalpa Bhadre, 
5. Tilopa, 6. Naropa

Silsilah Chakrasamvara dan Prabhasavara-yoga
Śākyamuni Buddha (Vajradhara), 1. Vajrapani, 2. Dombipa,. 3. Vinasavajra, 4. Lavapa (Kambala), 
5. Tilopa, 6. Naropa

Silsilah Mahamaya dan Svapnadarsana-yoga

Śākyamuni Buddha (Vajradhara), 1. Jnana Dakini, 2. Kukkuripa, 3. Caryapa, 
4. Tilopa, 5. Naropa

Silsilah Enam Yoga Naropa
Naropa, 1. Marpa Chokyi Lodro, 2. Jey Milarepa, 3. Gampopa, 4. Phagmo Drupa

Silsilah Mahamudra [
Dagpo Kagyu]
Śākyamuni Buddha (Vajradhara), 1. Tilopa (Tillipa), 2. Naropa (Nandapada), 3. Marpa Chokyi Lodro, 4. Jey Milarepa, 
5. Jey Gampopa (Dagpo Rinpoche), 6. Dusum Khyenpa (Karmapa ke-1) dan Phagmo Drupa

I. Silsilah Karma Kagyu
Dusum Khyenpa (Karmapa ke-1), 1. Drogon Rechen, 2. Pomdrakpa, 3. Karma Pakshi (Karmapa ke-2), 4, Orgyenpa, 5. Rangjung Dorje (Karmapa ke-3), 5. Yungton Shikpo, 6. Rolpe Dorje (Karmapa ke-4), 7. Khacho Wangpo (Sharmapa ke-1), 8. Deshin Shegpa (Karamapa ke-5), 9. Ratnabhadra, 10. Thongwa Donden (Karmapa ke-6)

II. Silsilah Phagmo Drupa
Phagmo Drupa, 1. Jigten Sumgon, Lingrepa Pema Dorje, Taklung Thangpa Tashi Pal, Gyal Tsha Rinchen Gon, Drubthob Yeshe Tsegpa, Sharawa Kalden Yeshe Senge, Gyergom Chenpo Zhonnu Dragpa, dan Marpa Drubthob Sherab Senge
-
Silsilah Nyingmapa

Silsilah Pikiran Langsung Para Buddha 

Samantabhadra Buddha (Dharmakaya), 1. Vajrasattva, 2. Dua belas Guru Atiyoga Nirmanakaya  (Khyeu Nangwa Dampa,.Khyeu Ö Mitrukpa, Jikpa Kyob, Shyönnu Rolpa Nampar Tsewa, Dorje Chang, Shyönnu Pawo, Drangsong Tröpé Gyalpo, Ser Ö Dampa, Tsewé Rolpé Lodrö, Ösung Drepo, Ngöndzok Gyalpo, Shakyamuni Buddha) 

Silsilah Mahayoga
Śākyamuni Buddha (Samantabhadra), 1. Vajrasattva, 2. Vajrapani, 3. Licchavi Vimalakirti, 4. Raja Dza dan Kukkuraja, 5. Raja Indrabhuti, Sinharaja, Uparaja dan Putri Gomadevi

I. Silsilah Mahasukha

Raja Dza, 1. Balapada (Jalandharipa), 2. Krsnacarin, 3. Tilopa, 4. Naropa, 5. Marpa Lotsawa
II. Silsilah Karmamudra
Putri Gomadevi, 1. Raja Dza dan Kukkuraja, 2. Lilavajra, 3. Buddhasrijnana (Buddhaguhya), 4. Vimalamitra
III. Silsilah Guhyasamaja Tantra
Raja Dza, 1. Rolang Dewai Ngodrub dan Rsi Bhasita, 2. Vajrahasya dan Hungkara, 3. Vagishvarakirti, 4. Prabhahasti, 5. Shakyamitra

Silsilah Anuyoga
Śākyamuni Buddha (Samantabhadra), 1. Vajrasattva, 2. Vajrapani dan Licchavi Vimalakirti, 3. Raja Dza dan Kukkuraja, 4. Nagaputra, Guhyaputra, Shakraputra, Uparaja dan Raja Indrabhuti, 4. Lavapa, 5. Kukkuraja II dan Sinhaputra, 6. Pramodavajra (Rolang Dewa/Garab Dorje), 7. Vajrahasya, 8. Prabhahasti (Shakyaprabha I), 9. Shakyaprabha II, 10. Shakyamitra dan Padmasambhava, 11. Dhanarakshita dan Yogini Gagasiddhi, 12. Hungkara, 13. Brahmana Varanasi (Dewa Seldze), 14. Dharmabodhi, Vasundhara, Dharmaraja dan Tsuklag Palgey, 15. Chetsen Kye, 16. Nub Sangye Yeshe

Silsilah Atiyoga (Dzogchen – Semde, Longde, Men-ngakde)
Śākyamuni Buddha (Samantabhadra), 1. Vajrasattva, 2. Pramodavajra (Prahevajra), 3. Manjushrimitra, 4. Sri Simha dan Buddhasrijnana, 5. Jnanasutra, 6. Vimalamitra, Vairotsana dan. Padmasambhava, 8. Yeshe Tsogyal

Silsilah Khandro Nyingthig
Śākyamuni Buddha (Samantabhadra), 1. Vajrasattva, 2. Pramodavajra, 3. Manjushrimitra, 4. Sri Simha, 5. Padmasambhava, 6. Putri Yeshe Tsogyal dan Putri Pema Sel, 7. Pema Ledrel Tsal, 8. Gyelse Legden, 9. Longchen Rabjam (Longchenpa), 10. Dzogchen Pema Rigdzin

Silsilah Vima Nyingthig
Śākyamuni Buddha (Samantabhadra), 1. Vajrasattva, 2. Pramodavajra, 3. Manjushrimitra, 4. Sri Simha dan Buddhasrijnana, 5. Jnanasutra, 6. Vimalamitra, 7. Trisong Detsen, Nyangben Tingdzin Zangpo, Pangeran Mune Tsenpo, Kawa Paltsek dan Chokro Lui Gyaltsen, 8. Be Lodro Wangchuk, 9. Dangma Lhundrup Gyaltsen, 10. Chetsun Sengge Wangchuk, 11. Gyalwa Shyangton Tashi Dorje, 12. Khepa Nyimabum, 13. Guru Jober, 14. Trulshik Senge Gyabpa, 15. Melong Dorje, 16. Rigdzin Kumaradza, 17. Longchen Rabjam (Longchenpa)

Silsilah Longchen Nyingthig (gabungan Vima dan Khandro Nyingthig)
Śākyamuni Buddha (Samantabhadra), 1. Vajrasattva, 2. Pramodavajra, 3. Manjushrimitra, 4. Sri Simha dan Buddhasrijnana, 5. Jnanasutra, 6. Vimalamitra, Vairotsana dan Padmasambhava, 8. Yeshe Tsogyal, 9. Longchen Rabjam (Longchenpa), 10. Rigdzin Jigme Lingpa

Silsilah 21 Pandita
Śākyamuni Buddha (Samantabhadra), 1. Vajrasattva, 2. Pramodavajra (Prahevajra), 3. Manjushrimitra, 4. Dhahena Talo, 5. Pangeran Rajadeva, 6. Putri Paramita, 7. Raja Naga Takshaka, 8. Yakshini Bodhi, 9. Sarati,  10. Pelajar Kashmiri, 11. Maharaja, 12. Putri Gomadevi, 13. Aloke Atsantra, 14. Kukkuraja, 15. Rsi Paramita, 16. Purasati, 17. Nagarjuna, 18. Kukkuraja Muda (Dhahuna), 19. Manjushrimitra muda, 20. Devaraja (Bhararaja Muletsun), 21. Buddhagupta, 22. Sri Simha, 23. Bhiksuni Kungamo, 24. Vimalamitra
-
Silsilah Gelugpa
Dari Liberation In Our Hand karya Pabongkha Rinpoche:

Silsilah Aktivitas Luas
Munindra Vajradhara Śākyamuni Buddha, Maitreya, 1. Asanga, 2. Vasubandhu, 3. Arya Vimuktisena, 4. Bhadanta Vimuktisena, 5. Paramasena, 6. Vinitasena, 7. Vairochana (Shantaraks**ta), 8. Haribhadra, 9. Kusali the Elder, 10. Kusali the Younger, 11. Suvarnadvipa Guru, 12. Dipamkara Shrijnana (Atisha), 13. Dromton Gylewey Jung-ne, 
14. Gonbawa Wangchuk Gyeltsen, Potowa Rinchen Sel dan Chenga Tsultrim Bar

Silsilah Pandangan Mendalam
Munindra Vajradhara Śākyamuni Buddha, Manjughosha, 1. Arya Nagarjuna, 2. Aryadeva, 3. Buddhapalita, 4. Chandrakirti, 5. Shantideva, 6. Vidyakokila the Elder, 7. Vidyakokila the Younger, 8. Dipamkara Shrijnana, 9. Dromton Gylewey Jung-ne, 
10. Gonbawa Wangchuk Gyeltsen, Potowa Rinchen Sel dan Chenga Tsultrim Bar

Silsilah Pengikut Lamrim Kadampa
Gonbawa Wangchuk Gyeltsen, 1. Neusurba Yeshe Bar, 2. Takmapa Kawa Darseng, 3. Hlodrak Namka Sengge, 4. Khenchen Namka Gyelpo, 5. Khenchen Seng-ge Sangpo, 6. Khenchen Gyel-se Sangpo, 7. Hlodrak Drupchen Namka Gyeltsen, 
8. Je Tsongkapa, 9. Je Jampel Gyatso

Silsilah Pengikut Risalah Kadampa
Potowa Rinchen Sel, 1. Sharawa Yonten Drak, 2. Chekawa Yeshe Dorje, 3. Chilbupa Chokyi Gyeltsen, 4. Hla Lung-gi Wangchuk, 5. Hla Drowey Gonpo, 6. Sangchenpa Darma Sonam, 7. Tsonawa Sherab Sangpo, 8. Mondrapa Tsultrim Tashi, 9. Drakor Khenchen Chokyab Sangpo, 
10. Je Tsongkapa, 11. Je Jampel Gyatso 

Silsilah Pengikut Instruksi Kadampa
Chen-nga Tsultrim Bar, 1. Jayulpa Chenpo Shonu Wo, 2. Gyergom Chenpo Shonu Drakpa, 3. Sang-gye Wonton, 4 Khenchen Namka Gyelpo, 5. Khenchen Seng-ge Sangpo, 6. Khenchen Gyel-se Sangpo, 7. Hlodrak Drupchen Namka Gyeltsen, 
8. Je Tsongkapa, 9. Je Jampel Gyatso 

Silsilah Guhyasamaja
Munindra Vajradhara Śākyamuni Buddha - Guhya Samaja, 1. Ratnamati, 2. Vajrapani, 3. Indrabhuti, 4. Naga-yogini, 5. Visukalpa, 6. Saraha, 7. Nagarjuna, 8. Matangipa, 9. Telopa, 10. Naropa, 11. Marpa Chokyi Lodro, 12. Dolgyi Tsurton Wangi Dorje, 13. Konton Gebakirti, 14. Ja-gangwa Sonam Rinchen, 15. Mi-nyak Tur-hlawa Tsultrim Kyab, 16. Gyakar Tang-pewa Pakpa Kyab, 17. Serdingpa Shonu Wo, 18. Mage-dingpa Choku Woser, 19. Jo-tsowa Pakpa Wo, 20. Buton Rinchen Drup, 21. Kyungpo Hleba Shonu Sonam, 
22. Je Tsongkapa

Silsilah Vajra Bhairava
Munindra Vajradhara Śākyamuni Buddha - Vajra Bhairava, 1. Jnana Dakini, 2. Lalitavajra, 3. Amoghavajra, 4. Jnana Akara Gupta, 5. Padmavajra, 6. Dipamkara Raks**ta (the Nepalese Yampuwa Bhairochakdum), 7. Ra Lotsawa Dorjedrak, 8. Ra Chorab, 9. Ra Yeshe Seng-ge, 10. Ra Bum Seng-ge, 11. Ga Lotsawa Namgyel Dorje, 12. Rongba Sherab Seng-ge, 13. Lama Yeshe Pelwa, 14. Choje Dondrup Rinchen, 
15. Je Tsongkapa 

Silsilah Transmisi Oral Ganden
Munindra Vajradhara Śākyamuni Buddha, l. Manjughosha, 
2. Je Tsongkapa, 3. Je Jampel Gyatso 

Silsilah Chakrasamvara
Munindra Vajradhara Śākyamuni Buddha - Chakra Samvara, 1. Luipada, 2. Darikapada, 3. Ghantipada, 4. Kurmapada, 5. Jalandharapada, 6. Krishnapada, 7. Guhyapada, 8. Vijayapada, 9. Telopa, 10. Naropa, 11. The Nepalese brothers from Pamting: the elder Abhayakirti (T: 'Jigs med grags) and the younger Vagishvara (T: Ngag gi dbang phyug), 12. Lok-kya Sherab Tsek, 13. Mel Lotsawa Lodro Drak, 14. Sachen Kunga Nyingpo, 15. Lobon Sonam Tsemo, 16. Jetsun Drakpa Gyeltsen, 17. Sakya Pandita Kunga Gyeltsen, 18. Drogon Chogyel Pakpa, 19. Shangton Konchok Pel, 20. Nasa Drakpukpa, 21. Lama Dampa Sonam Gyeltsen, 
22. Je Tsongkapa 

Silsilah Kadampa 16 Tetesan
Dipamkara Shrijnana, 1. Dromton Gyelwey Jung-ne, 2. Ngok Lekbey Sherab, 3. Ngaripa Sherab Gyeltsen, 4. Puchungwa Shonu Gyeltsen, 5. Kamapa Rinchen Gyeltsen, 6. Shangton Darma Gyeltsen, 7. Tabkawa Jangchup Sangpo, 8. Tabkawa Namka Rinchen, 9. Drom Shonu Lodro, 10. Nartang Khenchen Nyima Gyeltsen, 11. Lingkapa Jangchup Rinchen, 12. Galungpa Rikyi Dakpo, 13. Galungpa Jangchup Pel, 14. Nyukbey Lobon Sonam Woser, 15. Go-ngon Chuserwa Sang-gye Sangpo, 16. Jadrelwa Sonam Sangpo, 17. Lama Peldenpa, 18. Taktsang Khenchen Namkha Woser, 19. Ngapa Chenpo Ngawang Losang Gyatso (Dalai Lama V Yang Agung)
-
Silsilah Pria (Upaya)
Śākyamuni Buddha, 1. Manjusri Bodhisattva, 2. Nagarjuna, 3. Aryadeva (Kanadeva), 4. Brahmana Aryadeva, 5. Kyoton Shakya Yeshe, 6. Sonam Lama, 7. Khupon, 
8. Machig Labdron

Silsilah Perempuan (Kebijaksanaan)
Prajnaparamita, 1. Arya Tara, 2. Dakini Sukhasiddhi, 3. brahmana Aryadeva, 5. Pa Dampa Sangye, 6. Sonam Lama, 
7. Machig Labdron

Silsilah Non-Dual

Prajnaparamita, 1. Śākyamuni Buddha, 2. Arya Tara, 3. Manjusri, 4. Aryadeva (Kanadeva), 5. brahmana Aryadeva, 6. Pa Dampa Sangye, 7. Sonam Lama, 
8. Machig Labdron.

Silsilah Kekosongan Kesadaran Persepsi Mendalam
Śākyamuni Buddha, 1. Maitreya, 2. Asanga, 3. Vasubandhu, 4. Dampa Sangye,
 5. Machig Labdron 

Silsilah Penyatuan Objek yang Dipersepsi dan Kesadaran yang Mempersepsi
Śākyamuni Buddha, 1. Manjusri, 2. Mahasiddha Virupa, 3. Dakini Sukhasiddhi, 4 brahmana Aryadeva, 5. Pa Dampa Sangye, 
6. Machig Labdron

Silsilah Praktek Persembahan dan Mandala
Śākyamuni Buddha, 1. Arya Tara, 2. Manjusri, 3. Virupa, 4. Sukhasiddhi, 5. Aryadeva, 6. Dampa Sangye, 7. Sonam Lama, 
8. Machig Labdron

Silsilah Vajrayogini
Śākyamuni Buddha (Vajradharma/ Vajradhara), 1. Vajrayogini, 2. Naropa, 3. Phamthingpa, 4. Bodhibhadra, 5. Sherab Tsegpa, 6. Mal Lotsawa Lodro Dragpa, 7. Sachen Kunga Nyingpo, 8. Lodro Sonam Tsemo, 9. Sakya Jetsun Dragpa Gyaltsen, 10. Sakya Pandita Kunga Gyaltsen, 11 Dromton Phagpa Lodro Gyaltsen, 12. Konchog Pal, 13. Naza Drugpa Sonam Pal, 14. Lama Dampa Sonam Gyaltsen

-

Sabtu, 04 Agustus 2012

Lebih Baik Mengharapkan Diri Sendiri (Better To Rely On Ourselves)

Su Dongpo ( 苏东坡 ) adalah seorang sastrawan yang terkenal pada zaman dinasti Song, dia berteman baik dengan guru besar Zhen. Pada suatu hari mereka berdua sedang pergi berdarma wisata, di sebuah dermaga
mereka melihat ada sebuah kuil Dewi Kwan Im.

Guru besar Zhen segera melipat tangan dan memberi hormat serta menyembah kepada Dewi Kwan Im.

Setelah melihat kejadian tersebut, Su Dongpo sangat heran lalu dia bertanya kepada guru besar Zhen, “Dewi Kwan Im sebenarnya memang Dewi yang harus kita sembah, tetapi kenapa diantara kedua tangannya masih tergantung manik-manik untuk berdoa, dan tangannya masih menyembah, Dewi Kwan Im sebenarnya menyembah siapa ya?”

Guru Zhen berkata, “Sebenarnya hal ini harus bertanya kepada diri Anda sendiri!” Su Dongpo lalu menjawab, “Saya mana tahu manik-manik yang berada dikedua tangan Dewi Kwan Im sebenarnya untuk menyembah siapa?”

Sambil tertawa guru besar Zhen berkata, “Dia sedang menyembah Dewi Kwan Im.” Setelah mendengar perkataan guru besar Zhen, Su Dongpo merasa bingung, “Dewi Kwan Im kenapa menyembah dirinya sendiri?”

Dengan perlahan dan sambil tersenyum guru besar Zhen berkata, “Ya, lebih baik mengharapkan diri sendiri daripada meminta bantuan orang lain.”






Su Dongpo (苏东坡) was a famous poet in Song Dynasty, he was good friends with the professor Zhen. On one day they're going to travel on a pier
they see there is a temple of goddess Kwan Im.

Professor Zhen immediately folded his hands and give respect and worship of the goddess Kwan Im.

After seeing the incident, Su Dongpo very surprised and he asked the professor Zhen, "
Goddess Kwan Im is indeed goddess that we must worship, but why still hanging between his hands for prayer beads, and his hand is still worshiped, Dewi Kwan Im who actually worship you? "

Zhen teacher said, "Actually it should ask yourself," Su Dongpo and replied, "I know where the beads are located in both hands Dewi Kwan Im actually to worship whom?"

Zhen professor laughingly said, "He is worshiping Goddess Kwan Im." After hearing the words of Professor Zhen, Su Dongpo was confused, "why worship Kwan Im Goddess herself?"

Slowly and with a smile professor Zhen said, "Yes, it's better than asking ourselves expect help from others."

Sabtu, 12 Mei 2012

HUA TUO XIAN SHI / Dewa Pengobatan .

Hua Tuo 华陀 adalah seorang ahli pengobatan yang bijaksana dan sebagai penemu latihan Gerakan Lima Jenis Hewan (Wu Jin Zhi Shi) yang kesohor dan sangat bermanfaat untuk kesehatan manusia.
Beliau boleh dikatakan sebagai wakil yang menonjol dan pakar dalam kehebatan ilmu pengobatan secara operasi di...
Tiongkok pada jamannya. Menurut catatan sejarah, beliau pernah melakukan operasi yang berhasil pada lengan Jendral Guan Yun Zhang 关云長(Guan Kong), yang terluka akibat kena panah beracun dari musuhnya.
 Hua Tuo Bapak Pembedahan Dan Akupuntur Dunia.
Nama Hua Tuo sudah tidak asing lagi dalam dunia pengobatan China kuno.
Dialah yang pertama kali mengembangkan teknik pembedahan dan akupunktur. Kami sajikan biografi Hua Tuo untuk Anda.
Hua Tuo, atau biasa disebut juga Yun Hua, berasal dari Pei Guo Jiao (sekarang Haoxian, Provinsi Anhui, China).
Dia adalah seorang dokter medis yang terkemuka di China Kuno dan terkenal dengan julukan "Tabib Mujarab".
Hua Tuo 华陀 tidak mengejar ketenaran maupun uang.
Malahan ia mencurahkan dirinya untuk mempelajari pengobatan.
Ia sangat terampil dalam berbagai macam bidang pengobatan --suatu fakta yang merefleksikan kemajuan ilmu pengobatan di abad ke-2 di China.
Hua Tuo sudah terlihat sangat pandai sejak masa belianya.
Ayahnya meninggal saat dia masih berusia 7 tahun.
Karena keluarganya miskin, ibunya memutuskan untuk mengirim Hua Tuo untuk belajar pengobatan kepada dr. Cai, seorang teman dekat ayahnya.
Hua Tuo pergi ke kota dan bertemu dengan dr. Cai.
Setelah ia mengutarakan keinginannya menjadi seorang dokter pengobatan, dr. Cai berpikir pada dirinya sendiri,
"Ayah Hua Tuo adalah teman saya. Jika saya tidak mengambilnya sebagai murid, orang-orang di kota akan berpikir bahwa saya adalah orang yang memutuskan hubungan dengan keluarganya setelah seorang teman meninggal, dan memperlakukan teman tanpa kesetiaan.
" Saya sebaiknya mengambilnya sebagai murid. Bagaimanapun, saya harus mengetes anak itu untuk menentukan apakah ia memang ditakdirkan untuk pengobatan."
Dokter Cai melihat beberapa muridnya sedang mengumpulkan daun mulberi di halaman belakang, tetapi mereka mendapat kesulitan untuk mencapai daun di dahan tertinggi ketika memanjat pohon.
Ia memutuskan ini akan menjadi tes pertama untuk Hua Tuo. Ia bertanya pada Hua Tuo,
"Bisakah kamu memikirkan cara untuk mengumpulkan daun dari dahan tertinggi di pohon itu?"
Hua Tuo berkata dengan percaya diri, "Oh, itu mudah."
Hua Tuo meminta sepotong tali, dan mengikatkan batu kecil di ujung tali tersebut. Ia melemparkan tali itu di sekeliling dahan tertinggi dan berhasil mengumpulkan semua daun di dahan itu, melengkung karena berat dari batu.
Selanjutnya, dr. Cai melihat dua ekor kambing sedang berkelahi dengan mata mereka yang memerah.
Tidak ada seorang pun yang bisa memisahkan kedua kambing ini.
Ia memutuskan ini akan menjadi tes kedua untuk Hua Tuo.
Ia berkata "Hua Tuo, bisakah kamu memisahkan kedua kambing ini?" Hua Tuo segera menjawab,
"Tentu saja". Ia mengambil rumput memenuhi kedua tangannya dan meletakkanya di sebelah kambing tersebut di kedua sisi.
Kambing- kambing itu telah lapar karena berkelahi, maka mereka segera berlari untuk menikmati rumput tersebut.
Perkelahian itu berhenti bahkan tanpa perlu diusahakan.
Sangat kagum dengan kepandaian Hua Tuo, dr. Cai dengan gembira menerimanya sebagai murid.
Hua Tuo belajar sangat rajin sejak permulaan.
Dia menitikberatkan pada praktik klinis sesungguhnya dan akhirnya menjadi seorang dokter legendaris pada dinasti Han Timur.
 Bahkan setelah ia mendapat reputasi sebagai seorang dokter pengobatan, ia tidak pernah membeda-bedakan pasiennya.
Ia akan menyediakan jasanya ke mana pun ia pergi.
Ia memperlihatkan sebuah jiwa yang mulia dengan mengobati penyakit dan menyelamatkan nyawa.
Ia belajar pengobatan seumur hidupnya.
Ia mengembangkan teori pengobatan yang inovatif dan teknik pengobatan yang mengagumkan dalam berbagai bidang pengobatan, termasuk pengobatan luar, dalam, ginekologi, akupunktur, parasitolog, dan terapi fisik sebagai pengobatan medis.
Ia juga sangat terampil dalam pembedahan.
Sesungguhnya, ia adalah dokter pertama yang melakukan operasi pembedahan perut dalam sejarah kedokteran China.
Untuk mengurangi sakit akibat pembedahan pasien, ia menemukan bubuk Ma Fei San , yang digunakan untuk pembiusan seluruh badan. Seribu enam ratus tahun kemudian, bangsa Eropa mulai menggunakan obat bius untuk operasi pada permulaan abad 19.
GERAKAN LIMA HEWAN Inovasi dalam bidang akupunktur juga ditemukan oleh Hua Tuo.
Pernah suatu ketika seorang pasien mencari pengobatan medis darinya karena ia mempunyai masalah dengan kakinya dan tidak dapat berjalan.
Setelah mengecek nadinya, Hua Tuo menotok beberapa titik akupunktur di punggungnya, dan memberi 7 tusukan akupunktur di tiap titik.
Pasien dengan cepat sudah dapat berjalan setelah pengobatan. Berdasarkan pengalamannya sendiri dalam akupunktur, ia menemukan "Titik Akupunktur Jia Ji", sebuah titik akupunktur yang mengapit tulang belakang.
Orang-orang di kemudian hari menyebut titik akupunktur tersebut sebagai "Titik Hua Tuo" Hua Tuo juga menemukan seperangkat latihan yang dianamakan, "Gerakan 5 Hewan" yang mengambil gerakan dari 5 macam hewan, yaitu macan, rusa, beruang, monyet, dan burung.
Latihan ini menjadi sangat populer di zamannya.
Salah satu murid Hua Tuo, yaitu Wupu, secara terus-menerus berlatih "Gerakan 5 Hewan"menurut yang diajarkan oleh gurunya.
Bahkan dalam umurnya yang 90-an, Wupu tetap sangat kuat dan sehat dengan pendengaran dan pengelihatan yang tajam, serta gigi yang baik.
 
 

Minggu, 06 Mei 2012

10 Hambatan Jadi KAYA or Mental Block by Adi.w.Gunawan.

Menjadi KAYA itu pertama-tama urusan mental.Kalau sedari awal kita yakin bahwa kita tidak akan pernah kaya,maka percaya atau tidak hal ini akan benar-benar terjadi kepada diri kita (self-fulfilling prophecy).Menurut Adi W.Gunawan dalam bukunya Becoming a Money Magnet (Mengungkap Rahasia Bagaimana Membuat Uang Mengejar Anda).Mental (otak) sangat menentukan dalam proses pencapaian kita.Topik diatas adalah contoh Mental Block,jika merujuk Mekanisme dan Evaluasi Berpikir yang dipaparkan secara sederhana oleh Adi.W.Gunawan.

Mengenali Komputer Mental.
Dalam bukunya Adi W.Gunawan,menjelaskan bahwa keberhasilan manusia ditentukan oleh kualitas berpikirnya,sederhananya (agar lebih mudah dimengerti) AWG mengulas program pikiran,memisalkan pikiran manusia (komputer mental) dengan komputer yang kita kenal.
Kinerja suatu komputer sangat ditentukan oleh kualitas dan kemampuan hardware serta software yang terpasang.Misalkan Anda membeli komputer dengan spesifikasi teknis yang sangat tinggi.Semua kelas satu.Semua dengan teknolgi terkini.Apakah kinerjanya pasti bagus?..Belum tentu.Semua tergantung pada OS (sistem operasi) dan program yang Anda Install.

Adi W.Gunawan,mengemukakan ini semua sudah melewati riset Beliau yang panjang,baik di Dalam Negeri maupun di Luar Negeri.Beliau pantas mendapat julukan sebagai Bapak “Re-install and re-educator Mindset (Manage your Mind)” yang membanggakan,seorang anak bangsa kelahiran Tarakan ini,mampu mengulas The secret tanpa melampuai batasan manusia sebagai makhluk citaan “Sang Rahasia di balik The Secret”.AWG tidak menghalalkan segala cara untuk menggapai suKses,Adi W.Gunawan memproteksi dengan “warning!..jangan memper-Tuhan-kan Otak”.

Otak Manusia adalah ciptaan Ilahi yang paling sempurna,sewaktu lahir bayi manusia langsung diberi 100 miliar sel otak aktif dan 900 miliar sel otak pendukung.Total 1 trillun sel.Tuhan Maha Adil.Jumlah sel otak setiap anak manusia sama.Tidak ada yang mendapat bonus atau dikurangi.Jadi saat seorang bayi lahir,ia telah membawa potensi yang sangat luar biasa.Bisa Anda bayangkan potensi 1 triliun sel itu?..Otak adalah piranti yang sangat dahsyat dan sampai saat ini belum ada seorang pakarpun yang bisa menghitung batas maksimal kemampuannya.

Kabar baiknya otakpun bisa di install ulang sebagaimana kita meng-install ulang komputer kita.Kok bisa?..Bagaimana caranya?..nah tanyakan langsung kepada pakarnya,siapa pakarnya?..tidak perlu jauh-jauh ke LN untuk belajar,karena orang LN pun datang ke Indonesia untuk belajar langsung ke pada Beliau.Beliau adalah salah seorang kebanggan kita.The re-educator and mind navigator Adi.w.Gunawan-lah pakarnya.
Kembali ke topik diatas 10 Hambatan jadi Kaya,yang menurut hemat saya ini masuk dalam kategori mental block,seperti yang di maksud Adi W.Gunawan (Semoga Beliau dengan senang hati mau meluruskan kalau sekiranya ini salah).

Para Ahli mencatat setidaknya ada 10 hambatan mental yang menghalangi seseorang untuk menjadi Kaya.(Seperti yang dikutip dari majalah 3636 LifeStyle,Edisi 33 Oktober 2008 dibawah ini).

# “Saya tidak berbakat jadi Kaya”.
Kenyataanya manusia dari berbagai ras dan jenis Agama bisa menjadi kaya dengan cara-cara yang halal dan taat hukum.So..kenapa menolak menjadi kaya?..Percaya pada mitos semacam ini hanya akan menghalangi peluang Anda untuk mendadi kaya raya.Setiap orang bisa kaya kalau dia mau.Ingat saja baik-baik bahwa menjadi miskin di Indonesia itu menderita.Tak ada tunjangan pengangguran.BLT (Bantuan Langsung Tunai) hanya diberikan kepada mereka yang miskin sekali,dan nilainya hanya Rp 300.000,- sebulan.Itu pun hanya muncul menjelang Pemilu.Kalau akhirnya Anda mati sebagai orang miskin,bahkan rumah sakit dan pihak yang berwenang pun ogah mengurusnya karena hanya bikin repot saja dan tidak mendatangkan keuntungan.Sedikit do’a,dan Anda tercatat secara statistik saja dalam daftar kematian.
# “Orang kaya itu tukang tipu”.
Sinetron-sinetron gemar memperlihatkan orang kaya yang tukang tipu,jahat,pelit,kejam,gemar menyiksa,dan tidak berperasaan.Suruh siapa percaya pada opera sabun?..Dalam kenyataannya mereka tidak akan menjadi kaya dengan membagi-bagikan uangnya setiap hari.Paling tidak,sampai dilevel tertentu,seperti Bill Gates,Warren Buffet,yang perputaran uangnya sudah menjamin ada keuntungan jutaan rupiah setiap menitnya,di titik itu barulah mereka membagikan uangnya ke seluruh dunia.

# “Harus ada modal dulu,baru kaya”.
Tidak harus,Intinya,berinvestasilah dengan return lebih besar daripada inflasi tahunan.Lalu mulailah memutar uang sedini mungkin.Seseorang yang mulai menyisihkan uang Rp 1 juta sebulan pada usia 23 tahun,menempatkannya pada reksadana dengan pertumbuhan 24% setahun dan berhenti menyisihkan uang pada usia 33 tahun,membiarkannya berkembang sendiri dengan tingkat pertumbuhan yang sama setiap tahunnya,menemukan uangnya sudah beranak-pinak menjadi Rp 56,5 milyar pada saat ia pensiun di usia 55 tahun.Sementara seseorang lainnya yang menunda menabung sampai saat usianya 33 tahun,menyisihkan Rp 1 juta setiap bulan,berhenti menyisihkan uang diusia 43 tahun,hanya akan menemukan duit Rp 6,5 milyar di usia pensiun 55 tahun.Tapi dengan situasi krisis keuangan global yang terjadi seperti sekarang ini,berinvestasi Rp 100.000,- saja sebulan di BannerStore,belanja sekaligus berinvestasi merupakan langka awal yang bijaksana,Anda tetap bisa mendapatkan kebutuhan bulanan Anda sekaligus Anda juga berinvestasi untuk masa pensiun Anda.

# “Orang bermobil dan berumah besar,pasti kaya raya.”
Dalam konteks manusia modern,belum tentu.Mayoritas penduduk kota besar memperoleh mobil dan rumahnya melalui kredit.So..belum tentu mereka kaya,karena yang dinamakan kaya adalah memiliki uang cash atau istrumen lain yang likuid (setiap saat bisa dicairkan).Dan belum tentu juga mereka bahagia,sebab terbenam dalam utang ini itu sama sekali tidak menyenangkan.

# “Bergaji besar pasti kaya raya”.
Ah,kata siapa.Bergaji katakanlah Rp 20 juta sebulan,namun bergaya seperti orang kaya dengan bermobil,keluar masuk mall,dugem,dsb,maka pada akhirnya tidak mempunyai sisa uang untuk investasi,itu sih bukan kaya namanya.Kekayaan ditentukan oleh seberapa besar investasi dan uang cash dikantong,bukan seberapa besar gajimu.

# “Menabung bikin kaya raya”.
Tidak juga.Menabung linier sifatnya.Sudah bisa ditebak dari sekarang.Menabung Rp 10 juta setahun,maka 12 bulan lagi akan beranak menjadi Rp 10,5 juta saja.Berinvestasi ada efek multiple,melipat gandakannya.Sehingga seperti contoh dibutir ketiga diatas,orang bisa menemukan uang Rp 56,5 milyar jika menyisihkan Rp 1 juta sebulan dan menaruhnya diinstrumen yang melipatgandakan uangnya sebesar 24% secara konstan setiap tahunnya.(Versi Majalah 3636 LifeStyle Edisi 33,Oktober 2008).Next..>> peluang investasi?..
Bandung,12 Oktober 2008 @ Kaya,Mental Block by Adi.w.Gunawan.