Senin, 05 Agustus 2013

Dukungan saat sulit by Ida S Widayanti

  •  Seorang anak gadis berusia 22 tahun merasa putus asa. Hanya dalam semalam ia merasakan dunianya yang semula luar biasa menjadi berantakan. Ia mendapat informasi bahwa tunangannya berkhianat. Padahal, tinggal beberapa minggu lagi mereka akan menjalani prosesi pernikahan. Ia berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Terbaring lemah di tempat tidurnya tanpa gairah hidup. Ia tak mau makan dan minum, bahkan tak mau membuka pintunya. Tidak ada seorangpun yang dapat membantu dia keluar dari problem besar yang sedang dihadapinya. Ayahnya kurang berkomunikasi, namun ia paham apa yang sedang terjadi dengan putri bungsunya itu. Ia sangat ingin membantu meski kebingungan bagaimana cara memulainya. Ini tentu tidak akan menyenangkan. Ia berusaha memberi dukungan untuk masa depan anaknya tapi dengan cara yang tidak menyinggung perasaannya. Sang ayah mengambil cuti satu hari dan mencoba menjalankan rencananya. Pagi hari sang ayah menyiapkan baki berisi sarapan kesukaan putrinya dan majalah favoritnya di depan pintu kamarnya. Ia mengetuk pintu dengan nada riang seolah tidak ada masalah. ketika pintu tak juga dibuka, ia menyetel lagu kesukaan anak gadisnya saat SMA yang dulu sering ia suruh matikan. Sang anak penasaran, akhirnya ia mengintip dibalik pintu dan menolaknya dengan alasan tidak lapar. Sang ayah lalu mencoba cara lain, ia dengan ramah meminta ijin untuk memeriksa air conditionair-nya. Putrinya tak bisa menolak. Setelah memeriksa alat yang tak ada masalah itu, sang ayah mulai mengajaknya bercakap-cakap. "sayang, ayah sangat sedih dengan apa yang menimpamu. Ayah berharap bisa melindungimu dari dunia dan menghilangkan rasa sakitmu. Ayah hanya ingin kamu tahu ayah disini untukmu, kalau kamu membutuhkan ayah." Kata-kata ayahnya itu membuatnya luruh dan menangis. Sang ayahpun memeluknya. Ia mencurahkan segala kesedihannya. Sebelumnya mereka tak sedekat itu. Ayahnya bertukar cerita tentang masa lalunya yang pernah patah hati sebelum menikahi ibunya. Ia juga menceritakan liku-liku sebelum menjadi pengusaha yang sukses. Kisah-kisah yang diceritakan tersebut membuat anaknya merasa lebih baik dan berfikir jernih. Lalu anaknya dengan tegas membatalkan pernikahannya. Ia memutuskan untuk kuliah dan berusaha meraih cita-citanya. Beberapa tahun kemudian ia berhasil meraih gelar sarjana dari sebuah universitas dengan predikat sangat memuaskan. Pada pidato singkatnya ia menuturkan, "Aku rasa, cinta ayahkulah yang ada untukku selama keterpurukan diriku yang membantu menuntun aku pada kesuksesan ini. Terimakasih dan aku mencintaimu, ayah dari lubuk hati yang terdalam." Kisah ini diceritakan dalam sebuah buku yang ditulis oleh seorang ibu dan anak perempuannya, tentang bagaimana pentingnya dukungan disaat-saat yang sulit bagi anak. Jika sang ayah membiarkan anaknya disaat yang menentukan itu mungkin keadaannya akan lain. Tapi yang dilakukannya justru berempati dan mendukungnya, juga meyakinkan bahwa dirinya sangat mencintainya. Itulah yang membuat anaknya mampu memilih keputusan yang tepat untuk masa depannya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan bimbingan kepadaa kita dalam menjalankan amanah sebagai orang tua. Aaaamiiin ya rab al alamin Suara Hidayatullah Juli 2013, Jendela keluarga, hal. 67

Tidak ada komentar: