Minggu, 20 Januari 2013

Jati diri


Saat aku menunggu, aku lihat betapa padatnya mobil merayap untuk dapat berjalan. Suasana macet seperti ini hampir setiap hari aku jumpai dan aku alami. Ada perasaan yang “lelah”. Dalam batinku bertanya, “Mengapa macet ya?” Apakah di setiap Ibu Kota Negara itu juga kendaraan-kendaraan di jalan raya mengalami kemacetan? Ataukah hanya di Negeri Tercinta Indonesia ini?”
Aku saja yang jadi penumpang mengalami jenuh dan bosan, terus apa yang dialami oleh Bapak Sopir? Bukankah beliau mempunyai tanggungjawab penuh akan keselamatan penumpang?
Akhirnya aku secara pelan dan pasti berdamai dengan situasi ini, dan dalam hati mohon kepada Tuhan yang maha kasih untuk senantiasa memberikan anugerah perjalanan yang menyenangkan dan selamat sampai tujuan. Amin.
Asyik juga mampu mengendalikan emosi. Akhirnya aku tenang dalam kemacetan itu. Dan aku membaca buku. Ada hal menarik yang perlu aku share kepada teman-teman.
Jadi diri
Dikisahkan di dunia perjuangan; seorang tukang batu bekerja untuk memecahkan batu setiap hari. Saat Tukang Batu ini berjalan dari gubuhnya menuju kaki gunung, ia melewati jalan raya dan ternyata di jalan raya sedang ada iring-iringan kereta kencana milik Sang Pangeran.
Tukang Batu itu bicara sendiri, “Seandainya aku jadi Pangeran, pastilah aku bisa mengalami sukacita, memakai baju halus, lembut dan wangi, makan serba enak dan punya istana yang megah serta kokoh!” Ternyata ada suara gaib menjawab,”Jadilah seperti yang engkau ingini!”
Maka Sang Tukang Batu itu menjadi Seorang Pangeran yang memiliki istana yang megah, kokoh dan kuat; berpakaian indah, lembut, wangi dan makan serba enak! Pada suatu hari Sang Pengeran ini berjalan keliling istana, di taman dijumpainya bunga Lyly yang sangat indah, semua warga sangat mengaguminya. Melihat warga sangat mengagumi bunga Lyly itu maka Sang Pangerang berbicara, ” Seandainya aku jagi bunga Lyly pastilah aku dikagumi oleh semua warga ini!”. Selesai Sang Pangeran ini berbicara, terdengarlah suara gaib itu,”Jadilah seperti yang engkau ingini!” Maka jadilah ia menjadi bunga Lyly. Ternyata benar, semua warga sangat mengagumi bunga Lyly tersebut. Namun ketika musim semi tiba, banyak tumbuh aneka bunga dan warga sangat mengagumi bunga-bunga lainnya, maka bunga Lyly itu melihat ke atas, berkata,”Seandainya aku jadi matahari, pastilah aku bahagia, karena aku bisa menyinarai seluruh dunia!” Selesai bicara seperti itu, bunga Lyly mendengar suara gaib,”Jadilah seperti yang engkau ingini.!”
Maka jadilah matahari dan ia sangat bangga! Namun ia menjadi sedih karena air sungai akhirnya menguap; sungai menjadi kering dan binatang di dalamnya menjadi mati. Matahari itu melihat awan, dan ia segera bicara, “Seandainya aku jadi awan!” Maka terdengarlah suara gaib itu, ” Jadilah sesuai keinginanmu!” Berubahlah ia menjadi awan. Saat awan itu bersin, turunlah hujan lebat. Seluruh bumi penuh air, tinggal gunung batu yang menjulang tinggi kokoh! Maka awan itu berbicara, “Seandainya aku jadi gunung batu itu pastilah aku terlepas dari malapetaka, banjir!. Maka terdengarlah suara gaib itu lagi, “Jadilah seperti yang engkau mau!” Maka jadilah gunung batu yang menjulang tinggi. Ia sangat bangga dan gembira. Namun di kakinya terasa sakit. Terdengar bunyi palu menghantam kakinya dan setelah ia mengamati, ternyata tukang batu sedang memecahkan kulit gunung batu. Maka gunung batu itu berkata yang paling bahagia adalah tukang batu itu. Maka sejak itu ia menjadi dirinya sendiri.
Hallo teman-teman, setelah kita semua membaca, mencermati cerita di atas maka giliran teman-teman untuk merenungkannya.
Salam bahagia Sr.Maria Odilia,KFS

Tidak ada komentar: