Buddhistzone.com -
Setiap orang ingin berbahagia, tetapi kebahagiaan tidak dapat dicapai
dalam pemisahan diri. Kebahagiaan seseorang bergantung pada kebahagiaan bersama dan kebahagiaan bersama bergantung pada kebahagiaan seseorang.
Hal ini dikarenakan semua kehidupan adalah saling bergantung. Untuk
menjadi bahagia, kita perlu mengembangkan sikap yang baik kepada orang
lain dalam masyarakat dan kepada semua makhluk hidup.
Cara terbaik untuk mengembangkan sikap yang baik kepada semua makhluk hidup adalah melalui meditasi. Di antara banyak topik meditasi yang diajarkan oleh Buddha, ada empat yang secara spesifik berkenaan dengan pengembangan Cinta kasih, Welas Asih, Kegembiraan Simpatik, dan Keseimbangan Batin. Empat hal ini disebut Empat Pikiran Luhur. Keempatnya tertuju kepada makhluk hidup yang tak terhingga banyaknya dan karma baik yang dihasilkan dengan menjalankan keempatnya tidaklah terukur. Empat Pikiran Luhur itu memunculkan "Cinta Sejati", yang membawa sukacita bagi kita dan orang-orang yang kita cintai.
Jika cinta kita tidak membawa sukacita bagi diri kita sendiri dan orang-orang yang kita cintai, itu bukan Cinta Sejati. Dalam Cinta Sejati, juga tidak ada perasaan yang terpisah dari yang lain. Aspek-aspek Cinta Sejati, seperti semua aspek dari ajaran Buddha, saling berhubungan, ini berarti bahwa setiap aspek mengandung semua aspek lainnya.
Dengan mengembangkan sikap-sikap luhur Cinta Kasih, Welas Asih, Kegembiraan Simpatik, dan Keseimbangan Batin, kita dapat secara bertahap melenyapkan niat buruk, kekejaman, iri hati, dan nafsu keinginan. Dengan jalan ini, mereka dapat mencapai kebahagiaan bagi diri mereka sendiri dan pihak lain, sekarang dan pada masa yang akan datang.
Cinta Kasih (METTA)
Cinta kasih adalah pengharapan agar semua makhluk, tanpa terkecuali, berbahagia. Cinta kasih menangkal niat buruk (kebencian). Sikap Cinta Kasih adalah seperti perasaan yang ada pada seorang ibu terhadap bayi yang baru dilahirkannya. Ia berharap agar anaknya beroleh kesehatan yang baik, memiliki teman-teman yang baik, pandai, dan sukses dalam segala usahanya. Pendeknya, ia berharap dengan tulus agar anaknya berbahagia. Kita dapat memiliki sikap Cinta Kasih yang sama kepada seorang teman atau orang lain di kelas, komunitas, atau negara kita.
Cinta Kasih yang meluas dalam contoh di atas terbatas pada orang-orang yang mana kita masih memiliki keterikatan atau kepedulian. Akan tetapi, meditasi Cinta Kasih menuntut kita untuk meluaskan Cinta Kasih bukan hanya kepada orang-orang yang kita merasa dekat, tetapi juga kepada orang-orang yang hanya kita kenal sekilas atau bahkan tidak kita kenal sama sekali. Akhirnya, Cinta Kasih kita diperluas meliputi semua makhluk di seluruh alam kehidupan. Hanya dengan begitulah sikap Cinta Kasih universal yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari bisa mencapai tataran yang luhur atau tak terbatas.
Welas Asih (KARUNA)
Welas Asih atau Belas Kasihan adalah pengharapan agar semua makhluk hidup terbebas dari penderitaan. Ini adalah kehendak dan kemampuan untuk membebaskan dan mengubah penderitaan dan meringankan kesengsaraan ketika menghadapi kekejaman. Ketika seorang ibu, misalnya, melihat anaknya sakit serius, secara alami ia akan tergerak oleh rasa Welas Asih dan berharap dengan sungguh-sungguh dan bertindak sedemikian rupa supaya anaknya dapat terbebas dari penderitaan akibat penyakitnya. Begitu pula, kebanyakan orang telah mengalami perasaan Welas Asih ketika menyaksikan penderitaan kerabatnya, teman sekolahnya, bahkan hewan peliharaannya.
Welas Asih harus melampaui batas-batas kelompok atau individu yang kita cintai atau pedulikan. Welas Asih harus diperluas meliputi semua makhluk hidup di segenap alam kehidupan agar menjadi tak terbatas.
Kegembiraan Simpatik (MUDITA)
Kegembiraan Simpatik adalah sikap ikut bergembira akan kebahagiaan dan kebajikan semua makhluk hidup. Sikap ini berlawanan dengan iri hati dan mengurangi keterpusatan pada diri sendiri.
Kegembiraan Simpatik dapat dialami oleh seorang ibu yang bersukacita karena anaknya sukses dan bahagia dalam hidupnya. Demikian pula, hampir setiap orang pada suatu saat pernah mengalami perasaan sukacita atas nasib baik temannya. Hal-hal ini merupakan bentuk-bentuk Kegembiraan Simpatik pada umumnya. Dengan melakukan meditasi Kegembiraan Simpatik, kita memancarkan sukacita kepada semua makhluk dan tidak hanya kepada orang-orang yang dicintai. Hanya dengan demikian kita mengalami Kegembiraan Simpatik sebagai suatu keadaan pikiran yang luhur dan tak terbatas.
Keseimbangan Batin (UPEKKHA)
Keseimbangan Batin adalah sikap menganggap semua makhluk hidup adalah setara, terlepas dari hubungan mereka dengan diri sendiri. Keseimbangan Batin menetralkan ketamakan dan kebencian, Keseimbangan Batin tidak dingin atau tidak acuh-Keseimbangan Batin adalah kasih yang tidak terbagi dan tanpa prasangka.
Ketika seorang anak yang bertumbuh dewasa tinggal bersama keluarganya, ia mulai menjalani kehidupan yang mandiri dan bertanggung jawab kepada diri sendiri. Meskipun ibunya masih memiliki perasaan Cinta Kasih, Welas Asih, dan Kegembiraan Simpatik kepadanya, ketiga perasaan tersebut sekarang tergabung dengan sebuah perasaan baru akan Keseimbangan Batin. Sang ibu mengenali posisi baru anaknya dalam kehidupannya yang mandiri dan bertanggung jawab, dan tidak mengikat dia erat-erat.
Bagaimanapun juga, untuk mencapai keadaan pikiran yang luhur, sikap Keseimbangan Batin harus diperluas mencakup semua makhluk. Untuk melakukan hal ini, kita perlu ingat bahwa hubungan kita dengan para keluarga, teman, bahkan orang yang memusuhi adalah akibat dari karma lampau kita. Dengan demikian, seyogianya kita tidak melekat erat pada keluarga dan teman sementara memandang yang lain dengan tak acuh atau kebencian. Lebih jauh, keluarga dan teman kita dalam kehidupan sekarang mungkin pernah menjadi lawan dalam suatu kehidupan lampau dan mungkin menjadi lawan lagi pada kehidupan yang akan datang, sedangkan lawan kita dalam kehidupan sekarang bisa jadi adalah keluarga dan teman kita dalam suatu kehidupan lampau, dan mungkin akan menjadi keluarga dan teman kita lagi dalam kehidupan yang akan datang.
Oleh : Dhamma Sukkha Gotama
Sumber : http://www.buddhistzone.com/story/buddhist/09-03-2012/4-pikiran-luhur
Cara terbaik untuk mengembangkan sikap yang baik kepada semua makhluk hidup adalah melalui meditasi. Di antara banyak topik meditasi yang diajarkan oleh Buddha, ada empat yang secara spesifik berkenaan dengan pengembangan Cinta kasih, Welas Asih, Kegembiraan Simpatik, dan Keseimbangan Batin. Empat hal ini disebut Empat Pikiran Luhur. Keempatnya tertuju kepada makhluk hidup yang tak terhingga banyaknya dan karma baik yang dihasilkan dengan menjalankan keempatnya tidaklah terukur. Empat Pikiran Luhur itu memunculkan "Cinta Sejati", yang membawa sukacita bagi kita dan orang-orang yang kita cintai.
Jika cinta kita tidak membawa sukacita bagi diri kita sendiri dan orang-orang yang kita cintai, itu bukan Cinta Sejati. Dalam Cinta Sejati, juga tidak ada perasaan yang terpisah dari yang lain. Aspek-aspek Cinta Sejati, seperti semua aspek dari ajaran Buddha, saling berhubungan, ini berarti bahwa setiap aspek mengandung semua aspek lainnya.
Dengan mengembangkan sikap-sikap luhur Cinta Kasih, Welas Asih, Kegembiraan Simpatik, dan Keseimbangan Batin, kita dapat secara bertahap melenyapkan niat buruk, kekejaman, iri hati, dan nafsu keinginan. Dengan jalan ini, mereka dapat mencapai kebahagiaan bagi diri mereka sendiri dan pihak lain, sekarang dan pada masa yang akan datang.
Cinta Kasih (METTA)
Cinta kasih adalah pengharapan agar semua makhluk, tanpa terkecuali, berbahagia. Cinta kasih menangkal niat buruk (kebencian). Sikap Cinta Kasih adalah seperti perasaan yang ada pada seorang ibu terhadap bayi yang baru dilahirkannya. Ia berharap agar anaknya beroleh kesehatan yang baik, memiliki teman-teman yang baik, pandai, dan sukses dalam segala usahanya. Pendeknya, ia berharap dengan tulus agar anaknya berbahagia. Kita dapat memiliki sikap Cinta Kasih yang sama kepada seorang teman atau orang lain di kelas, komunitas, atau negara kita.
Cinta Kasih yang meluas dalam contoh di atas terbatas pada orang-orang yang mana kita masih memiliki keterikatan atau kepedulian. Akan tetapi, meditasi Cinta Kasih menuntut kita untuk meluaskan Cinta Kasih bukan hanya kepada orang-orang yang kita merasa dekat, tetapi juga kepada orang-orang yang hanya kita kenal sekilas atau bahkan tidak kita kenal sama sekali. Akhirnya, Cinta Kasih kita diperluas meliputi semua makhluk di seluruh alam kehidupan. Hanya dengan begitulah sikap Cinta Kasih universal yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari bisa mencapai tataran yang luhur atau tak terbatas.
Welas Asih (KARUNA)
Welas Asih atau Belas Kasihan adalah pengharapan agar semua makhluk hidup terbebas dari penderitaan. Ini adalah kehendak dan kemampuan untuk membebaskan dan mengubah penderitaan dan meringankan kesengsaraan ketika menghadapi kekejaman. Ketika seorang ibu, misalnya, melihat anaknya sakit serius, secara alami ia akan tergerak oleh rasa Welas Asih dan berharap dengan sungguh-sungguh dan bertindak sedemikian rupa supaya anaknya dapat terbebas dari penderitaan akibat penyakitnya. Begitu pula, kebanyakan orang telah mengalami perasaan Welas Asih ketika menyaksikan penderitaan kerabatnya, teman sekolahnya, bahkan hewan peliharaannya.
Welas Asih harus melampaui batas-batas kelompok atau individu yang kita cintai atau pedulikan. Welas Asih harus diperluas meliputi semua makhluk hidup di segenap alam kehidupan agar menjadi tak terbatas.
Kegembiraan Simpatik (MUDITA)
Kegembiraan Simpatik adalah sikap ikut bergembira akan kebahagiaan dan kebajikan semua makhluk hidup. Sikap ini berlawanan dengan iri hati dan mengurangi keterpusatan pada diri sendiri.
Kegembiraan Simpatik dapat dialami oleh seorang ibu yang bersukacita karena anaknya sukses dan bahagia dalam hidupnya. Demikian pula, hampir setiap orang pada suatu saat pernah mengalami perasaan sukacita atas nasib baik temannya. Hal-hal ini merupakan bentuk-bentuk Kegembiraan Simpatik pada umumnya. Dengan melakukan meditasi Kegembiraan Simpatik, kita memancarkan sukacita kepada semua makhluk dan tidak hanya kepada orang-orang yang dicintai. Hanya dengan demikian kita mengalami Kegembiraan Simpatik sebagai suatu keadaan pikiran yang luhur dan tak terbatas.
Keseimbangan Batin (UPEKKHA)
Keseimbangan Batin adalah sikap menganggap semua makhluk hidup adalah setara, terlepas dari hubungan mereka dengan diri sendiri. Keseimbangan Batin menetralkan ketamakan dan kebencian, Keseimbangan Batin tidak dingin atau tidak acuh-Keseimbangan Batin adalah kasih yang tidak terbagi dan tanpa prasangka.
Ketika seorang anak yang bertumbuh dewasa tinggal bersama keluarganya, ia mulai menjalani kehidupan yang mandiri dan bertanggung jawab kepada diri sendiri. Meskipun ibunya masih memiliki perasaan Cinta Kasih, Welas Asih, dan Kegembiraan Simpatik kepadanya, ketiga perasaan tersebut sekarang tergabung dengan sebuah perasaan baru akan Keseimbangan Batin. Sang ibu mengenali posisi baru anaknya dalam kehidupannya yang mandiri dan bertanggung jawab, dan tidak mengikat dia erat-erat.
Bagaimanapun juga, untuk mencapai keadaan pikiran yang luhur, sikap Keseimbangan Batin harus diperluas mencakup semua makhluk. Untuk melakukan hal ini, kita perlu ingat bahwa hubungan kita dengan para keluarga, teman, bahkan orang yang memusuhi adalah akibat dari karma lampau kita. Dengan demikian, seyogianya kita tidak melekat erat pada keluarga dan teman sementara memandang yang lain dengan tak acuh atau kebencian. Lebih jauh, keluarga dan teman kita dalam kehidupan sekarang mungkin pernah menjadi lawan dalam suatu kehidupan lampau dan mungkin menjadi lawan lagi pada kehidupan yang akan datang, sedangkan lawan kita dalam kehidupan sekarang bisa jadi adalah keluarga dan teman kita dalam suatu kehidupan lampau, dan mungkin akan menjadi keluarga dan teman kita lagi dalam kehidupan yang akan datang.
Oleh : Dhamma Sukkha Gotama
Sumber : http://www.buddhistzone.com/story/buddhist/09-03-2012/4-pikiran-luhur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar