Pada tahun 1956, di Konsili Buddhis Ke-6 di Yangon, Myanmar, tercatat
suatu peristiwa bersejarah yang menggemparkan dunia. Di hadapan ribuan
peserta sidang dari berbagai penjuru dunia, Bhikkhu Badanta Viccittasara
menjawab pertanyaan dari seluruh isi Tipitaka yang diajukan oleh
Sayadaw Mahasi.
Beliau mendaras Kitab Suci Tipitaka yang
tebalnya sekitar sebelas (11) kali lipat Kitab Injil, tanpa bantuan
naskah, dengan begitu lancar, tanpa salah sedikit pun! Beliau juga
dikenal dengan nama Sayadaw Mingun, seorang bhikkhu dari Desa Mingun,
Myanmar, yang mendapat gelar Tipitakadhara (Penghapal Tipitaka) pertama
pada era modern ini.
Tradisi menghapalkan Tipitaka semacam ini
masih dilestarikan di Myanmar, dan hingga kini sudah tercatat ada 11
orang Tipitakadhara. Ini juga membuktikan bahwa tradisi menurunkan
ajaran Buddha secara ingatan dan oral sebelum Tipitaka dituliskan adalah
memungkinkan dan bukanlah isapan jempol belaka.
Atas prestasi
yang mengagumkan ini, Guinness Book of World Records 1986 mencatat
Sayadaw Mingun sebagai rekoris: MANUSIA DENGAN INGATAN TERDAHSYAT DI
DUNIA. Suatu gelar yang sudah selayaknya dan lebih mengundang decak lagi
karena beliau menghapalkan naskah yang bukan dari bahasa ibunya
(Myanmar), melainkan dari bahasa asing (Pali) yang sudah ”mati”.
Mingun Sayadaw wafat pada tahun 1993, pada usia 82 tahun, setelah
melewatkan 62 masa ke-bhikkhu-an (vassa). Di antara 11 orang
Tipitakadhara, 7 di antaranya masih hidup sampai saat ini. Yayasan
Karaniya dan Ehipassiko Foundation, bekerja sama dengan berbagai pihak,
berhasil mendatangkan 2 orang ”legenda hidup” ini, yakni Bhikkhu
Indapala (46 tahun) dan Bhikkhu Thondara (51 tahun).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar